Galaxia duduk termenung di depan laptopnya, matanya tertuju pada angka-angka yang membuat kepalanya pusing. Sudah dua bulan ini dia bergulat dengan rasa kecewa yang mendalam terkait biaya kirim barang online di Konoha.
Dia tidak mengerti dan tidak habis pikir, bagaimana bisa biaya kirim lebih mahal daripada barang yang dipesannya? Bukan hanya satu atau dua kali lipat, tetapi beratus-ratus kali lipat.
"Porehkui Sayang, kamu tidak akan percaya ini!" Galaxia memanggil suaminya dengan nada frustrasi.
Porehkui, yang sedang sibuk dengan tanaman bonsainya di halaman belakang, melangkah masuk ke rumah dengan santai. "Ada apa lagi, sayang? Kau kelihatan seperti baru saja melihat hantu."
"Aku baru saja memesan novel terjemahan sebagai bahan perbandingan untuk menganalisa buku Kahlil Gibran. Harga bukunya hanya 15 ribu, tapi biaya kirimnya 200 ribu! Ini kan gila!" Galaxia mengibaskan tangan ke udara dengan dramatis.
Porehkui mengangkat alis. "200 ribu? Untuk biaya kirim? Mereka pikir kita ini apa, bank berjalan?"
"Itulah yang kupikir juga," keluh Galaxia sambil memijat pelipisnya. "Dan itu belum semuanya. Waktu aku pesan kain perca untuk bantal anak-anak di asrama, harganya 1500 rupiah per kilogram, tapi biaya kirimnya 450 ribu rupiah per kilogram. Aku sampai berpikir, mungkin lebih murah kalau aku sendiri yang pergi ke sana mengambilnya."
Porehkui tersenyum simpul. "Mungkin kau harus mulai berlatih jadi kurir pribadi, Galaxia."
Galaxia mendengus. "Lucu sekali. Tapi serius, ini benar-benar tidak manusiawi. Aku bahkan sempat menyelidiki dan bicara ke sana-kemari. Ternyata, biaya kirim di negeri Konoha memang seperti itu. Banyak orang yang sampai harus merubah cara melipat barang, memakai barang kirimannya secara berlapis-lapis, atau bahkan mengirim lewat laut meskipun lebih lama untuk menghemat biaya."
Porehkui mengangguk, mencoba memahami. "Jadi, apa rencanamu? Kau tidak mungkin hanya duduk dan mengeluh saja."
"Yah, itu sebabnya aku memanggilmu," kata Galaxia dengan senyum licik. "Aku terpikirkan untuk membuat perusahaan pengiriman barang dengan harga yang lebih manusiawi. Kita bisa menawarkan solusi yang lebih murah untuk orang-orang di Konoha."
Porehkui tertawa. "Kau ingin kita menjadi pahlawan logistik, ya? Tapi, aku suka idemu. Kita bisa memulainya dari kecil dan melihat bagaimana responsnya."
Galaxia mengangguk antusias. "Tepat sekali. Aku yakin banyak orang yang akan tertarik. Bagaimana kalau kita mulai dengan melakukan riset pasar? Kita bisa tanya teman-teman dan kenalan kita, apa mereka juga merasa terbebani dengan biaya kirim ini."
Di tengah kesibukan keduanya sebagai dosen linguistik di daerah mereka, suami istri itu melakukan kegiatan kemanusiaan itu. Karena keduanya yakin jika banyak orang yang kecewa dengan biaya pengiriman yang mahal dan tak beretika itu.