Orang Orang Di Atas Angin

Yovinus
Chapter #71

71-Sepeda Emas

 

Porehkui sedang sibuk di dapur, mengupas bawang dengan hati-hati agar tidak sampai mengeluarkan air mata. Galaxia, istrinya yang sedang hamil besar, duduk di ruang tamu sambil menikmati jus mangga.

"Porehkui, kamu tahu nggak? Kamu sekarang lebih sering di rumah daripada di kantor," kata Galaxia dengan senyuman penuh arti.

"Iya, aku ingin memastikan kamu nyaman dan segala kebutuhanmu terpenuhi," jawab Porehkui dengan serius, namun ada sedikit rasa jengkel di suaranya.

Dia mencintai istrinya, tapi mengurus kehamilan ini membuatnya merasa seperti sedang bekerja dua shift.

"Tapi, kamu jadi kelihatan lebih gemuk, sayang," goda Galaxia sambil tertawa kecil. "Bagaimana kalau kamu mulai berolahraga? Mungkin bersepeda? Tanah kita kan cukup luas."

Porehkui berhenti mengupas bawang dan berpikir sejenak. "Bersepeda? Hmmm, ide yang bagus. Tapi aku nggak punya sepeda, Galaxia."

“Belilah … Paling juga berapa harga sebuah sepeda.”

“Baik,” jawab Porehkui.

Hari itu, Porehkui memutuskan untuk pergi ke showroom sepeda yang baru dibuka di kota. Dengan semangat tinggi, dia berharap bisa menemukan sepeda yang sesuai dengan hatinya. Namun, saat tiba di showroom, Porehkui terbelalak.

"Selamat datang, Pak! Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang penjaga showroom dengan ramah.

"Iya, saya mau lihat-lihat sepeda. Yang... harganya terjangkau," jawab Porehkui sambil tersenyum kecut.

Penjaga showroom mengangguk dan mulai menunjukkan beberapa sepeda. Porehkui melirik label harga dan hampir saja jatuh pingsan. "Ini sepeda atau mobil kelas 1500 cc yang baru?" pikirnya. Label harga yang dilihatnya berkisar antara 2,5 juta sampai 400-an juta.

Porehkui mengusap-usap dagunya sambil melihat sepeda dengan label harga yang fantastis itu. "Kok bisa semahal itu?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Dia sih tidak kekurangan uang, cuma menurutnya harga sepeda-sepeda ini seperti sebuah kebutuhan mewah. Massa sih harganya sebuah sepeda sampai melewati harga sebuah mobil SUV yang baru?

Yang banyak memakai sepeda kan keluarga kelas mengah ke bawah, jadi mustahil dong harganya di patok se mahal itu …

Penjaga showroom mendekat lagi, "Pak, ini sepeda yang paling laris. Sepeda ini dilengkapi dengan teknologi terbaru dan bahan-bahan yang sangat ringan. Sangat cocok untuk berolahraga di kawasan yang luas."

Porehkui mengernyitkan dahi. "Masa sih? Bahan ringan tapi harganya berat di kantong," gumamnya.

"Apa bapak tertarik dengan yang ini?" tanya penjaga showroom sambil menunjuk sepeda dengan harga 100 juta.

Porehkui tersenyum canggung, "Hehe, saya rasa saya akan lihat-lihat yang lain dulu. Mungkin ada yang lebih... ramah di kantong."

Porehkui pulang dengan tangan kosong dan perasaan campur aduk. Galaxia menyambutnya dengan penuh semangat, "Bagaimana, sayang? Sudah dapat sepeda yang bagus?"

Porehkui menggeleng sambil duduk di sofa. "Kamu nggak akan percaya harga sepeda-sepeda di sana. Lebih mahal daripada harga mobil!"

Galaxia tertawa terbahak-bahak. "Serius? Sepeda yang bagaimana bisa mahal seperti itu?"

"Iya! Aku bahkan merasa malu hanya untuk bertanya harganya," kata Porehkui sambil memijat-mijat pelipisnya.

“Berapa pun harga sepeda, kan kita ada uang,” ujar Galaxia.

“Aaah, malas aku. Itu namanya berfoya-foya tidak karuan. Hanya memberi orang uang atau istilah lainnya dia minta uang dengan kita melalui sebuah sepeda.”

"Ya, benar juga sih. Atau, bagaimana kalau kita cari sepeda bekas saja?" usul Galaxia sambil mencoba menahan tawanya.

Beberapa hari kemudian, Porehkui mendapat ide brilian. Dia memutuskan untuk mencari sepeda bekas melalui iklan baris di media sosial. Dengan semangat baru, dia mulai menghubungi beberapa penjual sepeda bekas.

"Halo, saya tertarik dengan sepeda yang Anda jual," kata Porehkui kepada salah satu penjual di telepon.

Lihat selengkapnya