BAB SATU
SEMUA BERMULA ketika Tom Kecil dan induk semangnya saling melekat pandang di tengah perbincangan. Sebuah ketidaksetujuan terlontar menepis sebuah angan dan harapan Tom Kecil. Katanya:
"Apa kau bercanda?"
"Tidak, saya serius," Tom Kecil duduk tegak berjajar dengan mata Tuan Induk Semangnya.
"Menjadi penulis di kota ini?"
"Betul, Tuan. Saya tidak bercanda. Saya serius. Percayalah," Tuan Induk Semangnya nampak menimbang-nimbang. Kepalanya mengangguk-angguk, kilatan matanya makin melekat dengan mata Tom Kecil. Ketika sudah menemukan kata yang ingin disampaikan ia mengedipkan matanya sekali dan di situlah tampang seriusnya muncul di wajahnya.
"Demi Tuhan, Nak, tidak mungkin kau akan menjadi penulis, apalagi di kota ini! Demi Tuhan!" dia mengambil gelas yang telah diisi kopi dan hendak pergi.
"Tuan bahkan seorang penulis. Nyonya juga. Teman-teman di sekolahku juga," Tom Kecil mencondongkan tubuhnya, kemudian menopangkan sikunya pada meja. "Kenapa aku tidak bisa menjadi penulis?"
"Ya, itu dulu! Sekarang tidak!" pria itu terhenti di ambang pintu, dan menudingkan jari telunjuknya ke udara, dengan membelakangi Tom Kecil, "Semua orang sibuk menulis, lagi pula siapa yang mau membaca?" pria itu membalik dan mematung. "Sekali lagi, Nak, aku beritahu. Semua orang sibuk dengan mimpi mereka menjadi penulis! Tidak sudi aku membuang-buang waktu untuk menjadi penulis yang karyanya tidak dibaca," ia sempat tersedak ketika menyeruput kopinya. "Hidupku lebih baik sekarang, walaupun pekerjaan ini sering disamakan dengan kata 'penjilat'. Dan istriku pun lebih baik hidupnya ketika menjadi seorang pengajar di sekolah swasta. Itu lebih mulia dan hasilnya terlihat. Hiduplah dengan realistis, Nak."
Tom Kecil berpikir bahwa Tuan Induk Semangnya itu hanya mencoba mematahkan semangatnya saja. Mungkin saja beda cerita jika pria itu dan istrinya berhasil menulis 10.000 kata per hari selama sebulan pada Bulan Raya Kotabuku yang diadakan tahun lalu, mereka mungkin tidak akan membanting setir begini. Wajar saja bagi orang-orang Kotabuku ketika perayaan bulan raya berlomba-lomba untuk menulis kata sebanyak yang mereka bisa dalam sehari. Rata-rata orang-orang Kotabuku bisa menulis 10.000 kata dalam sehari, namun untuk orang-orang seumuran Tom Kecil biasanya hanya bisa menulis sekitar lima ribu kata saja. Itu pun sudah bagus menurut survei yang diadakan pemerintah setiap helatan perayaan Bulan Raya setahun sekali itu. Mungkin untuk orang-orang dewasa yang hidup di Kotabuku apabila hanya bisa menulis kurang dari 10.000 kata pastilah membuat mereka merasa terkucilkan. Tapi, negara dengan pasti memfasilitasi penulis-penulis yang tertinggal dengan ucapan semangat yang disebarkan lewat rumah-rumah mereka dengan mengirim buku-buku berisi kata-kata motivasi dan karangan-karangan terbaik sepanjang masa, yang biasanya, milik penulis paling terkenal di kota ini: atau biasa dikenal dengan inisial I.J.J.