BAB DELAPAN
DI BALAI RIUNG SEKOLAH, Tom Kecil melihat Prosa bersama teman-teman sebayanya. Semuanya perempuan. Pakaiannya pula seragam. Saat itu, niat Tom Kecil akan menaruh surat itu di dalam tas salah satu temannya atau Prosa sendiri. Namun, ia takut ketahuan, dan ia pun tak tahu cara membuka resleting tanpa ketahuan. Kemudian ia buru-buru pergi ke toilet untuk buang air kecil. Karena keadaan yang tidak memungkinkan, ia pada akhirnya tak melaksanakan niatnya atau sekedar menyapa Prosa. Tom Kecil tak tahu bahwa ia melewatkan kesempatan untuk terakhir kalinya bisa bertemu dengan Prosa.
Meski begitu, cerita Tom Kecil di Kotabuku belumlah berakhir di sini. Ia telah berhasil menulis cerita-cerita tanpa mesin tiknya dan banyak mendapat nilai tambahan dari guru-gurunya. Namun, tetap tak menjadikan ia sebagai penulis.
"Kamu bisa dapat apa dari menulis selain nilai tambahan, Tom?" tanya Nyonya Frasa, saat pertemuan mereka. "Memangnya bisa menghasilkan uang hanya dengan menulis DI KOTA SEPERTI INI?"
Tom Kecil memang selalu kehabisan kata-kata pembelaan jika dihadapkan pada perdebatan dengan siapapun, baik dahulu dengan Jim, Nyonya Induk Semang, maupun Tuan Induk Semangnya. Itulah mengapa ia pantas dipanggil 'Kecil', meskipun pada kenyataannya ia sudah mencapai usia cukup matang. Tapi Tom Kecil tak mau selesai di situ. Ia tak mau terhenti karena dunia tidak mendukung semua kemauannya, seperti berharap dicintai balik Prosa, kembalinya Jim, tak pernah dinasehati Induk Semangnya, atau menjadi penulis terkenal. Sebetulnya tak perlulah ia setiap saat harus menjawab semua pertanyaan 'gaya menyindir' ala orang-orang Kotabuku itu dengan kata-kata pula. Barangkali dengan tindakan, yang menyatakan bahwa ia tak 'sekecil' apa yang mereka pikirkan, itu sudah cukup.
Ia habiskan sisa-sisa semester akhirnya dengan makin banyak menulis. Tak sampai di situ, ia juga gunakan situs daring milik pemerintahan untuk menaruh seluruh tulisan-tulisannya. Sebenarnya, sudah tak ada harapan lagi untuk menaruh tulisan-tulisannya di sana agar dapat pembaca, sebab tulisan-tulisan yang dipasarkan pastilah karya I.J.J. dan orang-orang yang punya kenalan dengannya, atau cerita-cerita cabul ala anak-anak sekolahan yang berusia dewasa muda. Tom Kecil bahkan sampai menulis pada setiap takarir tulisan-tulisannya untuk memberitahu bahwa 'karyanya itu merupakan karya orisinil tanpa mengandung unsur berbau cabul dan jauh dari nama I.J.J'.
Sudah cukup sering Tom Kecil mendapat masukan dari Nyonya Frasa yang secara tak langsung menjadi pembangkit ia dalam menulis. Wanita itu juga cukup banyak mencela tindakan-tindakan kekanak-kanakan Tom Kecil. Dan ingatlah para pembaca budiman, bahwa meskipun Tom Kecil sudah bisa dikatakan berusia cukup matang ia tetap disapa dan dikenal sebagai Tom Kecil.
Mengakhiri semester akhirnya, Tom Kecil mulai mengumpulkan tulisan-tulisan pendeknya untuk disatukan menjadi satu buku untuk diterbitkan. Nyonya Frasa senang mengetahui anak didiknya tetap bisa merasa semangat dalam hal menulis.