Subuh kali ini kembali terasa panjang, setelah sholat subuh, Gifar melihat bulan masih setia bergantung di langit, dan matahari memang masih malu menampakkan diri. Masih terlihat gelap, dan terangnya subuh itu masih dari sinaran rembulan. Gifar telah bersiap-siap menuju Jazirah al-Mulk, negeri para Raja-Raja. Begitulah kota itu disebut. Di Provinsi ini, Kota ini tempat anak-anak muda melanjutkan studinya.
Jarak menuju Kota T, melalui darat sekitar 6-8 jam. Jalan-jalannya belum semua teraspal. Masih ada kali yang juga belum bisa dilewati. Dulu malah lebih parah, orang mau ke Desa M, harus tunggu air di kali turun, baru bisa lewat, bahkan butuh waktu sehari baru bisa sampai. Bila naik pesawat harus ke Desa B. Biasanya satu jam. Bisa lewat speedboot. Lewat jalan darat boleh, hanya masih belum begitu bagus jalan yang ada. Naik pesawat dari desa B sekitar lima belas menit tiba di Kota T.
Gifar naik pesawat. Untuk pertama kalinya ia naik pesawat. Antara gembira dan sedih. Uang yang diberikan bapaknya, seadanya saja. Ia harus merasa cukup. Ia harus melalui hari-hari ke depan dengan perasaan yang hampa, antara senang bisa melanjutkan kuliah atau bingung karena hari-hari yang akan ia lalui pasti lebih melarat dari biasanya.
Kota T adalah sebuah pulau, sebuah kota yang mengelilingi gunung. Gunung Gamalama, namanya. Kota T merupakan kota kepulauan yang memiliki luas wilayah 547.736 km², dengan 8 pulau. Kondisi topografi Kota T dengan sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan pulau karang.
Perubahan alam yang terjadi selama ratusan-ribu tahun dan pergeseran kulit bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau kecil di sepanjang “Jazirah tul Jabal Mulku“. Banyak sekali cerita tentang Kota T, tentang asal-usulnya, tentang ragam sejarahnya. Ada yang menyebut sejarah kota ini bermula dengan adanya Kesultanan di Kota T yang berdiri sekitar abad ke-13 di Pulau T, yang menjadikan kawasan kota ini sebagai pusat pemerintahannya. Kornelis Matelief de Jonge pada tahun 1607 membangun sebuah benteng pada kawasan kota ini, yang dinamakan Fort Oranje dan sebelumnya bernama Malayu.
Ada yang menceritakan bahwa ia dikenal sebagai Pulau Gapi mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Kota T awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Kota T zaman dulu semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja. Mula-mula Kota T terdapat 4 kelompok masyarakat, Tubo (yang mendiami kawasan puncak atau lereng sebelah utara), Tabona (yang mendiami kawasan lereng sebelah selatan di Foramadiyahi), Tabanga (yang mendarat kawasan pantai bagian utara) dan Toboleu (yang menempati kawasan pesisir pantai timur).