Aku mendengar cerita tentang Kota T. Dalam Pulau Kecil ini, aku mendengar berbagai kisah dan cerita tentang Pulau Kecil. Awal mula ia berbentuk kerajaan dimana ada raja dan rakyatnya, tanpa diketahui agama dan kepercayaan yang dianut orang-orang saat itu. Seperti kondisi umumnya, orang-orang memiliki kepercayaan terhadap benda atau kekuatan-kekuatan gaib. Dulu di pulau ini orang meneguhkan kepercayaan kepada gunung Gamalama.
Orang-orang sering menyebutnya dengan cerita orang-orang tua dulu. Cerita pulau ini bermula dari Tuan Jafar Nuh dan saudaranya Tuan Jafar Sadik. Mereka melakukan perjalanan untuk perdagangan hingga suatu waktu karena ombak dan topan, kapal yang karam membuat mereka harus berenang dan mencari tempat pulau teduh yang terdekat. Jafar Nuh pun terdampar di sebuah pulau, pulau yang bernama Gapi.
Jafar Nuh pingsan saat terdampar. Ketika ia terbangun dan mulai menyisir di pinggiran pantai. Ia bertemu dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu bertanya, “Hai orang muda, darimanakah kau? Dan apa maksudmu data ke tempat ini? Apakah kau tahu tempat ini terlarang untuk pijakan bagi bangsa manusia?”
Terkejut Jafar Nuh dan berkata, “Aku tak tahu, kapalku karam, dan ombak yang terombang-ambing itu membawaku hingga ke pulau ini, tanpa aku tahu.”
Wanita tua itu kasihan dan karena rasa iba ia berkenan untuk Jafar Nuh berdiam sebentar untuk beberapa waktu dalam gubuk tuanya.
Di sekitar gubuk tua itu, terdapat sebuah batasan pantai. Wanita tua itu berkata pada Jafar Nuh, “Kau boleh mendiami gubuk tua ini, asalkan jangan kau dekati sebuah kolam di sekitar sana.”
“Kolam itu sangat berbahaya,” kata wanita tua itu.
Jafar Nuh hanya terdiam tapi dalam pikirannya penuh dengan rasa penasaran. Karena rasa penasaran dari Jafar Nuh, ia menelusuri batasan pantai itu. Dengan lirih, ia mendekam, “Mengapa kolam itu terlarang?”
Sambil pelan-pelan untuk menghindari suara yang timbul, ia mendekati batasan pantai itu. Ia terkejut mendapati tujuh dewi sedang bersenda gurau di kolam itu. Hatinya berdebar.
Ia melihat mereka dan berkeinginan untuk mengambil selendang pakaian dari salah seorang dewi itu. Ia mendekat. Karena penuh was-was, ia menginjak sebuah ranting tanpa sadar. Dewi-dewi itu tersadar, mereka segera berkemas dan terbang dengan sayapnya kecuali tertinggal seorang dewi.