Orang-Orang Sederhana

M. Sadli Umasangaji
Chapter #10

Kesadaran Gerakan


 

Pada masa-masa itu, banyak yang bisa mendengar, walaupun suara perlawanan disampaikan dengan berbisik, bahkan dalam bisu sekalipun, orang bisa melapor. Dan tentu lebih banyak yang takut pada kenyataan-kenyataan. Masyarakat dipaksa terpolarisasi dalam satu warna. Masyarakat resah. Gerakan perlawanan walau dibisukan, tetap berbisik melawan polarisasi yang hanya memberikan satu warna.

Jurang antara dunia atas dan bawah terlanjur jauh. Ruang antara yang memberikan pelayanan dan yang menerima pelayanan semakin melebar, yang memberikan pelayanan semakin tebal, yang patut menerima semakin melarat. Jurang antara yang berkantong dengan yang kempis semakin jauh titik temunya.

Di banyak negara berkembang, termasuk negeri ini, ketimpangan-ketimpangan sosial akan menampakkan wujudnya secara jelas. Dan titik krisis lama-lama semakin membesar. Dinamika sebagai gerakan yang berbisik dan berisik itu hadir dalam kehidupan gerakan mahasiswa.

Bagi Gifar, Arkan dan Ismu, terlibat dalam gerakan mahasiwa, dalam Gerakan Muda Langit Senja adalah cara mereka sebagai orang-orang sederhana untuk melenting. Melentingkan kesadaran.

“Membicarakan mahasiswa berarti kita tengah membicarakan suatu kelompok masyarakat yang sadar dan tersadarkan,” kata Bang Sira kepada mereka.

“Gerakan Muda Langit Senja dulu juga termasuk kelompok perlawanan terhadap Tuan Hirto dalam Sejarah Reformasi 1998 dulu,” lanjut Bang Sira. Walaupun pada waktu itu kita, gerakan kita mendorong revolusi.

 “Bahkan Bang Diman Hamzah yang kita kenal adalah salah satu tokoh reformasi, tokoh aktivis 1998, sebagai senior kita, sebagai tokoh muda dari Gerakan Muda Langit Senja waktu itu,” kata Bang Sira mengenang tokoh senior kita itu.

 

#

Ketika masa di akhir tahunn 1970-an, masa itu gerakan mahasiswa mulai melakukan perlawanan terhadap rezim baru (Orde Baru). Mereka mulai mempersoalkan penguasa baru itu. Adanya senior-senior dalam gerakan mahasiswa yang terlibat dalam Orde Baru menunjukkan stagnasi tuntutan gerakan mahasiswa pada waktu itu. Perasaan keramat itu, membuat Orde Baru tak mau disentuh dan memberikan dikte kepada gerakan mahasiwa.

Pada masa itu, memamg pernah ada tuntutan rakyat dari gerakan mahasiswa sebagai bentuk ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah, yakni pembubaran PKI, perombakan kabinet Dwikora dan Turunkan Harga Bahan Pokok.

Masa-masa itu terbagi dalam terpolarisasi menjadi dalam 3 warna saja. Kuning, Merah dan Hijau. Karya Beringin, Kotak Pembangunan dan Banteng Perjuangan. Dan banyak aktivis yang masuk ke dalam Karya Beringin Kuning memperkuat kelanggengan Orde Baru. Tuan Hirto pun semakin berkuasa.

Lihat selengkapnya