Orang-Orang Sederhana

M. Sadli Umasangaji
Chapter #11

Asumsi Perjuangan

Beberapa waktu kemudian. Ketika keterlibatan Gifar, Ismu, Arkan dan Bang Sira dalam sebuah organisasi yang mewujud dalam gerakan Sosialisme Religius, Gerakan Muda Langit Senja. Dengan berbagai asumsi perjuangan. Gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar), gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal, gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal, gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik, gerakan pemikiran yang menjangkau realitas rakyat dan terlibat dalam penyelesaian masalah rakyat, gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid. Kesadaran-kesadaran ini yang membuat mereka belajar dari sejarah Nabi.

Dalam sirah-sirah Nabi, disebutkan bahwa penerus sejarah suci kenabian adalah Tauhid. Tuhan yang Maha Esa mengutus para Nabi dan Rasul dalam wujud manusia yang diamanahi wahyu untuk mengingatkan kehadiran-Nya, perintah-Nya, cinta-Nya, dan harapan-Nya. Sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, tradisi Islam mengakui seluruh mata rantai kenabian, mulai dari para Rasul yang dikenal seperti Ibrahim, Nuh, Musa, Isa. Hingga para nabi yang namanya tidak disebutkan dalam sejarah, tapi terlukis dengan kisah-kisah.

Dalam seluruh Rasul, sosok yang paling penting pada jalur nasab Nabi Muhammad, tentu saja adalah Nabi Ibrahim. Ibrahim menegasikan Tuhan-Tuhan lain, dan mewujudkan monoteisme murni, tentang ketundukan kesadaran manusiawi pada rencana Tuhan, tentang kemampuan hati untuk mengakui keberadaan-Nya dan kedamaian-Nya. Islam termaktub dalam damai dan tunduk sepenuh hati.

Nabi Ibrahim adalah sebagaimana kisah para Nabi, bahwa mereka lahir dan tumbuh di tengah masyarakat yang hidup dalam masa jahiliah. Masyarakat di tengah-tengah hidupnya Nabi Ibrahim adalah masyarakat yang banyak membuat arca untuk disembah. Patung yang terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk orang atau binatang.

Saat itu hidup seorang penguasa, Namrud. Ia sebagai Raja dan mengaku sebagai Tuhan. Namrud pun dipercaya rakyatnya sebagai Tuhan dan ia menjadi penguasa Babel dengan bangga. Namrud dalam tidurnya bermimpi bahwa ada seorang anak yang dapat menghancurkan dan menggulingkannya. Ia kemudian membuat kebijakan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir. Orang tua Ibrahim dengan kehendak Allah, menyembunyikan putra mereka di sebuah gua.

Masyarakat di negeri Nabi Ibrahim, tidak hanya menyembah berhala, tapi juga menyembah matahari, bulan, dan bintang. Hal ini membuat Ibrahim bertanya siapa yang menciptakan dunia ini.

Ia selalu termenung, ketika matahari terbit, ia menggugah inikah Tuhan?

Matahari terbenam, dan bulan muncul bersinar, Tuhan mati, dan bergantikah Tuhan?

Bintang-bintang bersinar, mengapa Tuhan membagi dirinya menjadi banyak?

Bulan, bintang, matahari silih berganti. Tuhan tidak bisa hilang pasti ada Zat yang mengatur silih bergantinya bulan, bintang dan matahari. Dalam usia yang terus beranjak dewasa, Ibrahim berbaur dengan masyarakat dan menemukan titik terang dalam keyakinan.

Ketika Ibrahim beranjak dewasa, ia berhadapan dengan Namrud. Sebelumnya, ia menghancurkan semua berhala di wilayah Namrud. Kemudian ia meninggalkan salah satu berhala terbesar dan meletakkan kapak ke berhala itu. Namrud menyadari dan memanggil Ibrahim untuk meminta jawaban atas kejadian itu. Ibrahim menjawab bahwa berhala terbesar adalah yang menghancurkan semua berhala. Kemudian terjadi perdebatan yang membuat Namrud memerintahkan pasukannya untuk menghukum Ibrahim dengan cara membakarnya hidup-hidup. Diletak tumpukan kayu dan dibakar dengan api, Ibrahim diikat di atas kayu yang dibakar itu. Ibrahim selamat, keluar dari api tanpa terluka, tanpa terbakar.

Dalam perjalanan hidupnya Ibrahim kemudian membangun keluarga, memiliki keturunan. Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismail ke lembah Bakka di Jazirah Arab yang kini dikenal dengan Mekkah. Dalam berbagai catatan sirah, Ibrahim dan Hajar masuk dalam wilayah tanya, jawab, penderitaan dan doa. Dan dalam keterpaksaan dibaluti keikhlasan dan keimanan, mereka mengalami pengasingan dan keterpisahan.

Lihat selengkapnya