Orang-Orang Sederhana

M. Sadli Umasangaji
Chapter #12

Gerakan Muda Langit Senja

Simfoni pergerakan pemuda untuk Indonesia telah terekam jejak. Pemuda merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa ini. Potret perkembangan pemikiran pemuda dan gerakan pemuda Indonesia terajut mulai tahun 1908, 1928, 1945, 1966, hingga 1998 dan pada Era Reformasi ini.

Masa Orde Baru, di bawah kepemimpinan otoriternya Tuan Hirto, Gerakan Muda Langit Senja muncul sebagai gerakan perlawanan. Kaum muda sederhana yang melawan. Dominan, hegemoni dan otoriter. Krisis ekonomi dengan gaya otoriter Tuan Hirto dalam masa waktu beberapa tahun. Disertai sikap represif aparat keamanan merupakan ciri khas rezim otoriter Tuan Hirto. Rasa tertekan pada kaum muda memang ada, tapi rasa kuat untuk keluar dari cangkang, jauh lebih kuat.

Ketika masa Normalisasi Kehidupan Kampus diberlakukan, gerakan mahasiswa mencari fase jalan lain, pencarian bentuk dan jalan baru. Aktivitas mahasiswa tidak akan bisa diam. Kekuatan mahasiswa terus bergerak untuk menyuarakan sikap kritis dan peran-peran perlawanannya. Dalam banyak negara berkembang, mahasiswa memiliki peran penting dalam gerakan perlawanan.

Jalan lain sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus dan terpotongnya alur koneksi dengan wadah ekstra kampus. Opsi strategi penyaluran alternatif itu dikembangkanlah medan berkiprah baru aktivitas mahasiswa yang dianggap tidak akan menyentuk kekuasaan Tuan Hirto. Alternatif baru itu berupa kelompok studi, lembaga swadaya masyarakat dan komite-komite aksi.

Kelompok studi pun memiliki corak masing-masing, yakni mereka yang mendalami gagasan-gagasan sosial politik dan ekonomi dengan berbasis pada pemikiran tradisi kritis Barat dan mereka yang mengisi kelompok-kelompok diskusi dan kajian dalam bingkai keagamaan.

Dalam kondisi itu, benih-benih Gerakan Muda Langit Senja ikut tumbuh, sebagai kelompok-kelompok gerakan muda yang melawan Tuan Hirto.

 

#

 

               Mula-mula karena kesadaran akan krisis ekonomi, ketidakpercayaan terhadap kepemimpinan politik nasional, dan otoriternya pemerintah. Aksi-aksi gerakan mulai mempertanyakan moralitas pemerintah. Suara mahasiswa dan masyarakat menuntut terjadi pembaharuan sebagai solusi dari krisis. Tapi Tuan Hirto terlalu kuat, tak mempengaruhi sama sekali, tanggapan-tanggapan itu bagai angin yang hilang dengan sendirinya.

“Didasari keprihatinan mendalam terhadap krisis nasional yang melanda negeri ini dan didorong tanggung jawab moral terhadap penderitaan rakyat yang masih terus berlangsung serta itikad baik untuk berperan aktif dalam proses perubahan dan perbaikan,” narasi-narasi ini sebagai landasan lahirnya Gerakan Muda Langit Senja, Gifar yang kini terlibat didalamnya mengenang sejarah kelahiran gerakan itu. “Selanjutnya, Gerakan Muda Langit Senja akan terus membersamai orang-orang sederhana dan menempatkan diri sebagai bagian tak terpisahkan dari rakyat dan akan senantiasa berbuat untuk kebaikan bangsa dan rakyat.”

Paska-paska itu Gerakan Muda Langit Senja mulai mendorong aksi reformasi politik dan ekonomi. Dengan berbagai tuntutan. Berbagai aksi yang mereka lakukan mengangkat tuntutan umum, pertama, bahwa krisis nasional yang terjadi adalah tanggung jawab utama pemimpin dan pemerintah yang mengemban amanah rakyat untuk menjalankan pembangunan nasional. Kedua, mengkritisi bahwa para pemimpin dan pemerintahnya justrus selama ini mempertunjukkan sikap dan perilaku kontradiktif yang telah meruntuhkan kepercayaan dan harapan rakyat terhadap mereka. Ketiga, menegaskan bahwa rakyat dengan berbagai komponennya yang memiliki rasa memiliki dan cinta terhadap negeri ini, harus segera berbuat secara sadar dan yakin untuk menyelamatkan negeri. Keempat, menuntut dilaksanakannya reformasi dalam berbagai bidang, bukan saja reformasi bidang ekonomi, tetapi juga politik, hukum, budaya dan moral. Kelima, Gerakan Muda Langit Senja menegaskan bahwa persoalan paling mendasar bangsa Indonesia adalah rusaknya nilai dan moralitas. Kehancuran negeri dan pemerintahannya adalah akibat langsung dari rusaknnya nilai dan moralitas.

Gifar masih mengenang kelahiran Gerakan Muda Langit Senja dalam perlawanan terhadap Tuan Hirto, saat itu Gerakan Muda Langit Senja mengeluarkan pernyataan politik dengan isi uraian, pertama, kemauan politik pemerintah untuk melakukan reformasi ekonomi, politik, dan hukum harus terlihat jelas. Kedua, indikasi awalnya adanya kemauan politik adalah dengan menunjukkan transparansi proses pengambilan keputusan. Ketiga, perubahan UU sebagai konsekuensi reformasi, harus diawali oleh inisiatif pemerintah. Keempat, militer semestinya berperan sebagai katalisator reformasi. Kelima, mahasiswa harus dipandang sebagai elemen utuh masyarakat dan aset masa depan bangsa Indonesia. Keenam, aksi-aksi keprihatinan mahasiswa, jangan dipandang sebagai tidankan destruktif dan kontra-produktif terhadap proses pembangunan.

Aksi-aksi Gerakan Muda Langit Senja terus berjalan, terus bergerak, menantang dikotomi pembangunan Tuan Hirto. Hingga pada akhirnya, dan pernyataan-pernyataan sikap dari Gerakan Muda Langit Senja sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Membuahkan hasil. Krisis yang dilanda negeri ini telah melumpuhkan sendi-sendi ekonomi, memunculkan gejolak harga dan mengancam stabilitas sosial hingga politik. Tuan Hirto pun menyatakan berhenti. Gerakan Muda Langit Senja masih terus bertumbuh.

 

#

 

               Gifar mengenang itu, dan menuangkan puisi tentang Gerakan Muda Langit Senja.

 

Gerakan Muda Langit Senja

 

Masyarakat merasa resah

Ada yang bisa mendengar dalam bisu

Ada yang terpolarisasi dalam satu warna

Lebih banyak yang takut dengan kenyataan-kenyataan

Ada yang menjarah

Ada yang melarat

Ada yang masih menduduk-duduk

Ada yang di gedung-gedung terhormat

Berkarya, pembangunan, hingga banteng perjuangan

Melebar jurang antara yang berkantong dan yang kempis

Dengan kejadian-kejadian kelam di atas

Lihat selengkapnya