Di Desa G atau desa-desa lain di provinsi ini, kita akan menemui pala. Hampir pala ditemui dimana-mana. Makanya pulau ini disebut pulau rempah. Pala dan sejarah perdagangan rempah-rempah telah menjadi pembawa kisah panjang.
Abad ke-6 masehi, pala menyebar ke India, kemudian ke Konstantinopel dan menjadi mitos bagi belahan bumi lain. Lalu masuk ke abad ke 13, para pedagang Arab telah memberi kesimpulan tentang asal-usul rempah ini yakni di belahan timur pulau-pulau Nusantara. Studi obat-obatan adalah fokus utama dari para sarjana Islam. Pada abad ke-9 dan menuju ke abad ke-10, dari Kekhallifan Abassiyah, orang-orang Arab ini mengumpulkan tulisan-tulisan pengobatan Yunani dan teks-teks ilmiah lain dari seluruh dunia beradab. Semua ini kemudian dibawa ke Perpustakaan Agung di Baghdad, “Rumah Kebijaksanaan”, di mana seluruh teks medis Yunani, termasuk seluruh karya Galen, Oribasius, Paul dari Aegina, Hippocrates dan Dioscorides diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Berdasarkan studi mereka, para tabib Islam percaya bahwa penyakit adalah akibat dari ketidakseimbangan tubuh, dan ketidakseimbangan ini bisa dipulihkan jika makanan mengandung keseimbangan yang tepat akan herbal dan rempah-rempah yang meliputi biji pala dan cengkih. Rempah-rempah ini memainkan peran penting pada teks-teks medis abad ke-9 yang ditulis oleh tabib Arab yang terkenal, Ishak ibn Imran. Karyanya pun menjadi fondasi kurikulum medis di abad pertengahan Eropa.
Tidak begitu jelas kapan biji pala dan cengkih pindah dari lemari obat ke masakan Eropa, meski sifat ‘panas’ dan ‘lembab’ rempah-rempah ini sudah direkomendasikan selama berabad-abad untuk makanan musim dingin, menurut ajaran kuno Galen. Akan tetapi orang-orang masih merahasiakan lokasi rempah-rempah dari para pedagang Eropa. Baru ketika Portugis mendatangi Asia Tenggara pedagang-pedagang Eropa mendapatkan lokasi utama pala berasal.
Kemudian Portugis dan Spanyol terlibat dalam persaingan untuk dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah. Kedua kaum Eropa ini melakukan sekutu dna mengadu domba Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore. Portugis dengan Ternate dan Spanyol dengan Tidore. Tak pelak karena perlawanan dan kesadaran, para punggawa kesultanan mengusir penjajah dari Pulau Ternate.
Kemudian karena perubahan yang berjalan waktu. Masuklah Belanda dalam pergulatan di Pulau Rempah ini turut serta dalam mengusur posisi Portugis. Awalnya Belanda mampu bersikap baik dan membeli rempah-rempah dalam jumlah banyak. Kemudian Belanda memonopoli dan melakukan kolonialisasi. Monopoli Belanda tentu menghasilkan keuntungan yang besar. Belanda mendirikan VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie, Maskapai Dagang Hindia Timur). VOC membuat perjanjian yang mengharuskan warga menjual pala hanya kepada VOC secara eksklusif. Tetapi ada saja warga yang tetap menjual hasil buminya kepada pedagang dari Jawa, Makassar dan juga Inggris. VOC dapat menghimpun modal besar dari berbagai kota dagang yang sebelumnya menyelenggarakan kegiatan perdagangan rempah-rempah. Dan VOC membuat pajak yang dikenakan terhadap petani rempah-rempah sangat tinggi. Rempah-rempah yang ditanami petani hanya memberikan untung kepada pedagang asing, raja setempat, pegawai pelabuhan yang bertugas memungut pajak seperti bea cukai. Penghasilan rakyat dari kebun rempah menjadi kecil, maka dibiarkan begitu saja.
Ekspedisi Prancis turut dalam merampas tanaman-tanaman rempah-rempah ini, kemudian dibudidayakan di wilayah jajahannya, membawa ke Mauritis. Hingga pada abad ke 18, keadaan pasar berubah, kepulauan rempah-rempah hanya menduduki tempat kecil dalam ekspor. Rempah-rempah bukan lagi menjadi komoditas unggulan dalam perdagangan. Pala mulai runtuh. Pala telah menjamah dalam sejarah. Perdagangan, monopoli, penjajahan, persaingan, peperangan, persekutuan, kekesaran hingga perbudakan.
Dalam perjalanan pulang, Gifar membuat sajak. Sajak tentang Pala.
Pala
Buah masam itu
Dulu pernah jaya
Pernah direbutkan orang-orang berkulit putih
Kata mereka orang Portugis
Datang mengincar rempah-rempah
Berapa harga Pala dan Cengkeh waktu itu?
Bagaimana mereka mengolah Pala waktu itu?
Dibelah?
Dijemur?
Ditumbuk?
Dulu biji buah Masam ini jadi bahan perasa
Bahan perasa ternikmat
Dinikmati orang-orang di Eropa sana
Menjadi komoditas penting saat itu
Ia disebar ke India
Ke Konstatinopel
Para pedagang Arab menyimpulkan
Buah mitos itu berada di Timur Nusantara
Mereka menyebutnya Jansi Ban
Biji banda
Ia menjadi bahan barter
Pedagang Eropa menemukan asal usulnya
Memetiknya di Timur Nusantara
Portugis datang
Tersingkir oleh Belanda
Perancis mencuri sedikit, dan menanam kembali
Inggris melawan
Inggris merebut
Menanam di tempat lain
Monopoli pala runtuh
Kejayaan buah pala
Rakyat juga penuh derita dan terbuang