Ismu adalah lelaki sederhana dan mungkin saja baik tapi dia juga lelaki dengan dilema. Dan nasibnya kadang tergolong terseok-seok. Sebelum terlibat dalam gerakan Ismu patah berkali-kali dalam urusan hati. Pernah sekali dia diminta untuk menyatakan cinta di depan umum, di jalan raya, dalam keramaian. Tapi pernyataan cinta yang ditantang itu sebenarnya kepura-puraan pernyataan. Sebagai bentuk penolakan dengan tantangan oleh sang gadis. Ismu merasa tertantang. Dan memberanikan diri, mengatakan cinta pada sang gadis itu di depan umum, di tengah keramaian. Dia berkata aku mencintaimu. Namun, karena pernyataan cinta itu tantangan kepura-puraan cinta. Sang gadis malu, membenci pada Ismu. Pergi dengan perasaan menggelikan pada Ismu. Karena dari awal memang sang gadis tak ada rasa pada Ismu. Ismu terseok-seok dalam urusan hati.
Ismu adalah lelaki baik yang agak rela dalam kebodohan cinta. Ia selalu dengan mudah membiarkan hatinya terjatuh dalam pesona perempuan yang baru pertama kali ia bertemu. Entah perasaan apa yang dimiliki Ismu setelah melihat perempuan yang baru datang beberapa waktu dalam pandangannya, ia langsung jatuh dan berlimpah perasaan pada perempuan itu. Dia disuruh angkat air, dengan keras ia mengangkat air ketika di tempat desanya, air memang tidak mengalir lancar. Ia disuruh membeli makanan, ia pergi membelikannya. Kadang-kadang dia menggunakan uang dari kantongnya sendiri. Padahal kehidupannya agak melarat tapi dia rela. Banyak sekali hal yang ketika Ismu diminta bantu oleh berbagai perempuan itu, dia lakukan dan rela karena rasa. Beberapa perempuan mengalami hempasan perasaan Ismu itu. Mereka menghindar. Mereka menolak. Mereka menjauh. Ismu kadang marah. Kadang malu. Kadang menjauh dengan membuang rasa. Dan berkali-kali membiarkan rasa yang terjatuh itu, terbuang dalam cerita.
Tetapi cerita yang paling tragis dari Ismu adalah urusan keluarganya yang sederhana. Pernah Ismu dengan sangat kecewa pada keluarganya karena biaya kuliah yang mandek dan kiriman uang yang tak lancar. Ismu merasa nasibnya yang melarat adalah kesialan. Nasibnya yang melarat adalah nestapa yang tak berkesudahan. Nasibnya yang melarat adalah ketidakadilan dunia pada dia. Dia marah. Dia sedih. Dia kecewa. Dipandang butiran-butiran pengharum kamar mandi. Ditelan satu per satu bagai permen. Satu per satu kamfer itu dia telan. Mulutnya keluar busa. Tak sadar diri.
Gifar dan beberapa teman mengangkat Ismu, sebagai teman sesama dari Kabupaten HT, mereka membawa Ismu ke Rumah Sakit. Ismu dibawa menggunakan tempat tidur dorong di Rumah Sakit. “Ini orang telah menelan butiran kamfer,” kata Gifar pada salah seorang perawat. Ia dimasukkan ke ruangan IGD. Berselang lama, butiran-butiran kamfer dikeluarkan, disedot untuk dimuntahkan, keluar dari mulut kembali. Dengan segala keuntungan dan kehendak Tuhan, Ismu selamat. Dan paska itu dia lebih gampang termenung tapi menyesali semua perbuatannya itu. Belajar menerima nasibnya.
#
Ismu berubah. Berubah setelah mengenal gerakan. Ia memang berkali-kali menyadari dan sering berkata bahwa politik memang penting. Politik memang bisa merubah nasib orang-orang banyak. Tapi isi dapur, isi dapur yang menyala tak selamanya ditanggung oleh politik. Isi dapur harus diperjuangkan sendiri oleh orang itu sendiri. Seperti kata-kata, sebut saja Tuan M dalam bukunya bersama Tuan E dengan sampul berwarna merah dan bergambar dua pria berjenggot tebal, berambut lebat, “Pembebasan kelas buruh haruslah merupakan tindakan kelas buruh sendiri.”
Ismu setelah mengenal gerakan. Mengabaikan cinta-cinta semu. Ia berjuang dan mendalami pembelaan terhadap orang-orang sederhana. Ia berjuang juga untuk nasibnya sendiri. Nasib sebagai orang-orang sederhana. Bahwa perubahan nasib dari orang-orang sederhana, memang seharusnya diperjuangkan oleh orang-orang sederhana itu sendiri.
Dalam gerakan Ismu bersemangat. Ismu bergeliat. Ia mengulas dan membuat catatan dari buku merah Tuan M dan Tuan E.
“Bahwa dalam setiap zaman sejarah, cara produksi ekonomi dan cara pertukaran yang sedang berlaku dan organisasi kemasyarakatan yang mesti timbul daripadanya merupakan dasar yang diatasnya terbentuk dan hanya dari situ dapat diterangkan, sejarah politik dan intelek zaman itu, bahwa oleh karena itu seluruh sejarah umat manusia (sejak lenyapnya masyarakat kesukuan primitif, yang memiliki tanah dengan kepemilikan bersama) adalah sejarah perjuangan kelas ini merupakan serangkaian perkembangan yang pada masa ini telah mencapai suatu tingkat ketika kelas yang dihisap dan ditindas, orang-orang sederhana, tidak dapat mencapai kebebasannya dari penindasan kelas yang menghisap dan berkuasa, borjuasi, tanpa sekaligus dan untuk selama-lamanya membebaskan seluruh masyarakat dari segala penghisapan, penindasan, pembedaan kelas, dan perjuangan kelas.”
Tuan M-lah yang menuangkan bahwa sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang merdeka dan budak, patrisian dan plebeian, tuan bangsawan dan tani hamba, pendeknya: penindas dan yang tertindas, senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang tiada putus-putusnya, kadang-kadang tersembunyi, kadang-kadang terbuka, perjuangan yang setiap kali berakhir dengan perombakan revolusioner seluruh masyarakat atau dengan sama-sama binasanya kelas-kelas yang bermusuhan.
Sejarah yang lampau, hampir di mana saja kita dapati masyarakat tersusun lengkap dalam berbagai macam golongan, dalam berbagai macam tingkatan kedudukan sosial. Hampir dalam semua kelas terdapat tingkatan-tingkatan yang khusus. Zaman kita, zaman borjuasi, mempunyai ciri bahwa ia telah menyederhanakan pertentangan-pertentangan kelas. Seluruh masyarakat semakin lama semakin terpecah menjadi dua kubu besar yang langsung berhadapan satu dengan yang lain: borjuasi dan proletariat.
Orang-orang terinspirasi dan bergerak dengan gagasan Tuan M dan pengembangan dari Tuan M. Jadilah Tuan M-isme.
Bahwa masyarakat kapitalis Barat sekarang ini, yang didasarkan pada struktur yang menindas dan eksploitatif, hidup makmur dengan merampas sumber-sumber ekonomi dunia ketiga untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka yang sangat banyak dan dengan standar hidup yang tidak masuk akal serta sangat tinggi dengan mengorbankan penderitaan masyarakat Afrika, Asia dan Amerika Latin. Budaya konsumtif dan suka pamer ala Barat merupakan bencana besar bagi kemiskinan dunia. Sebaliknya, ekonomi sosialis yang dapat menjamin kebutuhan pokok masyarakat, menghambat konsumerisme dan suka pamer. Ekonomi sosialis menekankan pada produksi barang-barang untuk mencukupi kebutuhan pokok, bukannya produksi barang-barang mewah. Ekonomi dunia akan mencapai keseimbangannya, hanya jika ekonomi Barat menghapuskan pemborosan dan mengeruk kekayaan dunia ketika yang menyebabkan kemiskinan yang abadi. Melihat masalah ekonomi dunia yang kompleks sekarang ini, keadilan ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan hanya akan tercipta, bila konsep keadilan tidak hanya dipahami dalam bidang ekonomi, namun juga bidang sosial, politik, hukum.
Ismu terbayang pada perdebatan-perdebatan mereka tentang kemiskinan struktural. Bahwa modernisasi bukan hanya menjadikan masyarakat pedesaan dan urban yang miskin semakin miskin dan kumuh. Masyarakat pedesaan yang miskin, sebagai korban dari reformasi tanah, yang hanya memfasilitasi penetrasi perusahaan-perusahaan, terpaksa berimigrasi ke daerah-daerah urban dan semakin parahlah kemiskinan mereka. Di daerah urban, mereka tidak mendapatkan apapun kecuali kemiskinan, pengangguran, menyaksikan inflasi yang membumbung tinggi dan juga tingkat korupsi yang meningkat. Sehinnga lengkaplah penderitaan alienasi mereka.
#
Semua bermula sebagaimana ada seorang pria dalam tampilan di sebuah media sosial menjelaskan tentang Mobil T, “Ini adalah mobil T, mobil listrik. Tahukah kalian sebagian besar mobil T akan diproduksi di sebuah negara dan kalian tidak bisa menebak. Jadi setiap mobil listrik memiliki baterai. Dan setiap baterai terbuat dari bahan baku. Nikel. Ini bahan yang sangat sulit didapatkan. Dan hampir 25% nikel di seluruh dunia terbanyak terdapat di Indonesia. Dahulu banyak perusahaan membeli nikel di Indonesia dan membuat baterainya di Eropa. Tapi kini produksi baterai akan dibuat di Indonesia. Membuat pabrik di sini sehingga harga nikel tidak dibeli dengan harga murah. Dan mobil yang dibeli nanti akan membuat negaramu kaya. Dan kekayaannya diberikan kepada semua rakyat Indonesia.” Pria itu bercakap-cakap seperti mengiklankan dalam akun officialnya.
Provinsi MU tidak hanya sebagai provinsi paling bahagia. Karena segala sumber dayanya, dia juga merupakan provinsi dengan berbagai daerah penambangan. Provinsi MU menyimpan kekayaan sumber daya mineral yang menarik bagi investasi, khususya industri tambang untuk berbondong-bondong datang dan mengeruk keuntungan. Bahkan karena industri pertambangan ini, provinsi MU menjadi provinsi dengan perputaran uang tertinggi di Indonesia. Perputaran uang yang hanya berkisar pada urusan makro dan jangan ditanya untuk masalah-masalah keuangan di tingkat mikro. Ia adalah provinsi dengan pendapatan penduduk per kapita tak terlalu tinggi dari 33 provinsi. Ia merupakan golongan provinsi dengan penduduk miskin normatif dengan persentase terbanyak.
Pulau H sebenarnya atau umumnya orang-orang di provinsi MU adalah mereka yang berprofesi sebagai petani kebun dan nelayan dengan memanfaatkan hutan, tanah, dan laut sebagai sumber mata pencaharian. Datangnya investor tambang membuat konflik sumber daya alam pun semakin meningkat di beberapa wilayah konsesi.
Berkali-kali di Kota T, di berbagai Pulau H, anak-anak muda pergerakan membentangkan poster, bertuliskan “Selamatkan hutan kami. Selamatkan alam kami.”
Berkali-kali mereka berteriak “Laut kita bukan tempat sampah tambang.”
Di sini orang bisa berpikir bahwa penambangan sebagai ekstraksi mineral serta bahan geologis lainnya yang bernilai hemat dari permukaan atau di bawah permukaan bumi. Industri pertambangan dapat berdampak buruk terhadap daerah karena memicu hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya erosi tanah, kontaminasi air permukaan serta air tanah, serta pencemaran terhadap tanah serta udara. Penambangan juga dapat memicu pembentukan lubang pembuangan. Kebocoran bahan kimia dari lokasi penambangan juga dapat berdampak buruk pada kesehatan penduduk yang tinggal di sekitar lokasi penambangan.
Tapi di seberang lain orang merasa industri penambangan memajukan daerah, membuka lapangan kerja, masyarakat-masyarakat sekitar mendapatkan imbas perekonomian, dibangun kos-kosan sebagai hunian, dibangun swalayan atau kios-kios untuk berjualan. Berbagai aktivitas ekonomi tumbuh. Dibangun rumah warga sekitar tambang. Para pekerja mendapat gaji besar dan tentu menggiurkan. Para orang tua mendorong anak-anaknya untuk pergi merantau ke daerah pertambangan. Orang tua di sekitar tambang, meminta anaknya menjadi pekerja tambang.
Kalau dulu berpuluh-puluh tahun masyarakat berkata “Dari pertanian, anak kami bisa sekolah.” Sekarang orang-orang tua berkata, “Pergi sana bekerja di tambang supaya doi (uang) banyak.” Anak-anak muda berbondong-bondong masuk tambang bahkan paska selesai Sekolah Menengah Atas, tambang telah menjadi cita-cita. Impian-impian melanjutkan studi telah hilang berganti dengan impian-impian tembus kerja di pertambangan. Dilema-dilema ini tumbuh subur. Bahkan para anak-anak kuliah yang telah menjadi sarjana baru wisuda, yang telah lama menganggur, berbondong-bondong menjadi antrian pekerja tambang. Kadang juga antrian untuk masuk menjadi pekerja tambang memang panjang tergantung keberpihakan orang dalam. Kejadian paska kampus karena realitas-realitas hidup, Ismu termasuk yang memilih dengan kondisional menjadi pekerja tambang. Dengan segala kondisi Ismu memilih menerima realitas.
Dulu Gifar membuat puisi tentang dilema-dilema ini, dan Ismu terkenang.
Dilema Tanah Coklat Gelap