Ketika zaman purba, mereka para ilmuwan menuliskan ini bahwa dulu Pulau Kecil telah didiami sejak zaman es, sekurang-kurangnya 30.000 tahun lalu. Ketika itu, Pulau Kecil merupakan Kawasan kritis yang menjadi mata rantai penghubung antara Kawasan pasifik dan Asia Tenggara. Kawasan ini termasuk memiliki peran penting dalam masa prasejarah. Sebagai daerah lintas strategis bagi perpindahan penduduk Asia Tenggara ke Melanesia dan Mikronesia. Bahwa pulau H, pulau terbesar dari Pulau Kecil merupakan kunci untuk menetapkan Lokasi tanah asal penduduk yang berbahasa Asutronesia.
Penduduk pertama Pulau Kecil seperti halnya daerah-daerah lain di Negeri Nusantara ini adalah ras Mongolid dan Austromelanesoid yang dating dari Asia Tenggara. Kedua ras ini, ras Austromelanesoid merupakan pemukim terbesar di Pulau Kecil. Mereka dating secara bergelombang dan menetap di beberapa pemukiman yang terisolasi. Hal ini sangat terlihat dan berkaitan dengan bahasa-bahasa Austronesia.
Perubahan dan pergantian budaya di Pulau Kecil baru terjadi lagi sekitar 2000 tahun silam, setelah datangnya orang-orang Negroid. Penduduk baru ini, juga menggunakan Bahasa Austronesia, dan menghuni seluruh bagian Pulau Kecil.
Pulau Kecil itu adalah Provinsi MU. Bahwa Namanya telah dicata dalam Nagarakertagama sebagai “maloko”, nama itu kemungkinan diadopsi dari nama yang kebanyakan pedagang Arab melakukan perniagaan di Nusantara.
Seperti banyak pendapat popular bahwa asal-usul kata dari Pulau Kecil adalah Malik, yang berarti raja. Pedagang Arab menamakan deretan pulau-pulau ini sebagai Jazirah al-Mulk (Kepulauan Raja-Raja). Karena masa itu, Pulau Kecil dalam beberapa wilayah memiliki raja-raja.
Dalam keseharian bahasa daerah, dikenal dengan adanya kata “luku” yang dalam pengucapan diberi awalan “ma”. Kata “luku” sendiri memiliki arti dalam, ketika ditambahkan imbuhan “ma”, maka memiliki arti dalam sekali.