Kiya sehabis segala kegiatan kuliahnya telah berakhir, dia biasanya akan pergi ke sekret ukm panahan yang dia ikuti. Kiya dari dulu memang sudah hobi memanah dan sudah punya alat-alatnya sendiri dari dia sekolah dasar. Hari ini, dia dan teman-teman di UKM Panahan akan melakukan pemanasan dan latihan meluruskan siku, bersama anak yang baru masuk UKM di awal semester ganjil ini. Mereka melakukan stretching serta meluruskan siku dan terakhir jogging. Siku yang lurus sangat berguna agar tidak menghalangi jalur lepas panah dari busur, sekaligus agar siku bagian dalam tidak luka terkena panah. Kiya sudah melakukan ini tahun kemarin dan tentu saja dia sudah bisa sejak zaman seragam merah putih.
Kiya melakukan peregangan di tanah kosong berumput hijau diluar lintasan lari, iris mata hitam kecoklatannya menatap langit yang sudah mulai jingga. Ia menarik nafas lalu menutup mata, agar indera perasanya yang lain dapat menikmati keadaan sore ini. Seperti suara keramaian kecil yang melewati indera pendengarannya atau hembusan kecil angin yang mencolek lembut setiap inchi kulitnya yang tidak terselubungi pakaian. Angin dari awan berwarna jingga yang membawa wangi segar jeruk yang masam dan manis.
Saat Kiya sedang joging bersama yang lain, dia melihat Joni, Andre dan Hani yang juga sedang jogging di lapangan olahraga ini. Lapangan ini yang biasanya disebut gelora oleh mahasiswa, memang menjadi tempat jogging favorit, karena lintasan yang ada memang untuk lari. Serta ada lapangan sepakbola ditengah yang dikelilingi lintasan lari ini
"Kak Bam, gue mau ke temen gue dulu ya!" ujar Kiya yang berteriak kepada Bambang, kakak tingkat yang lebih dahulu ada setahun di UKM Panahan. Badannya tinggi dan gemuk, pipinya menggembung gemas seperti ingin di cubit.
Kiya menghampiri Joni, Andre dan Hani yang sedang lari di depan tadi. Kiya senang akhirnya bisa ngobrol sama teman sejurusannya lagi. Maklum, Kiya kan anak yang berorganisasi diluar fakultas dan jurusan. Apalagi ketemu tiga sekawan ini, Joni selaku ketang yang baik banget, Andre yang suka kasih laporan dan tugas-tugasnya, dan Hani yang suka menjahili Kiya. Kiya tarik kembali ucapan senang ketemu Hani yang masuk ke dalam tiga sekawan ini
"Andreee! Pak Ketang!" ucap Kiya senang, sambil ikut terus berlari bersama mereka.
"Wahh Kiya" ucap Armin dan Joni hampir berbarengan.
"Huhuhu aku seneng banget akhirnya bisa ketemu kalian diluar kelas lagi, apalagi sama Andre dan Hani. Aku kan ga sekelas praktikum sama kalian huhuh" ucap Kiya sedih.
"Alah kamu mau sekelas praktikum sama Andre supaya bisa nyontek rancangan praktikum Andre kan? Ga puas apa nyontek laporan sama tugasnya?" timpal Hani yang sudah tahu apa maksud si manusia malas ini. Selain malas, sebenarnya Kiya juga makannya banyak. Dia juga suka nyomotin makanan Andre dan Joni. Kalau Hani sih langsung melotot tajam ketika tangan jail Kiya mulai mendekat ke makanannya, nanti keenakan. Untung sejak itu Kiya sadar diri untuk tidak iseng nyomotin makanan Hani.
"hehehe Hani tahu aja. Andre padahal ga pernah keberatan kok dari dulu. Iya kan Andre?" canda Kiya sambil tertawa. Kiya pernah satu kelas waktu di tingkat pertama dengan Andre.
"Aku kayaknya bakal lebih seneng kalau kamu bisa ngerjain sendiri juga deh Ki heheh" jawab Andre. Pupus sudah harapan Kiya untuk mengerjakan laporan dan tugas-tugas jika Andre tidak mau memberi lagi. Apalagi teman sekelas praktikumnya pelit semua.
"Kenapa kalian jahat sama aku huhuh" Kiya yang tanpa sadar kalau dikelompok ini juga memakai aku-kamu. Dia memang menyesuaikan kalau masalah panggilan.
"Udah sana pergi. Hus hus" usir Hani walau dengan muka yang kalem.
"Idih Hani mau berduaan ya sama Joni, Ayo Andre kita lari duluan" ejek Hani sambil menarik tangan Andre untuk ikut lari bersama meninggalkan Joni dan Hani.
Hani yang mendengar itu hanya bisa salah tingkah dan deg-degan. Dia menarik rambut yang menghalangi mata dan pipinya ke belakang telinga, Hani merasa bodoh karena lupa membawa ikat rambut, karena dia merasa rambut yang panjang sebahu tidak akan terasa merepotkan. Namun, pipinya sudah terlanjur panas. Malu dengan sedikit senyuman terkembang dibibirnya. Mungkin nanti dia harus traktir Kiya makan karena telah memberi kesempatan berduaan dengan Joni. Hani tidak sebal dengan Kiya, dia orang baik. Kiya pernah langsung lari ke kantin untuk membeli obat maag pas jam kuliah di kelas, saat tahu maag Hani kambuh dan membuat dirinya kesakitan, serta pucat pasi. Hani hanya tidak tahu bagaimana rasanya punya teman dekat perempuan.
Kiya yang sudah berpisah dengan trio sekawan kembali ke sekret, dia mencari handuk yang tadi diletakkan di atas tasnya. Kemudian ia gunakan handuk itu untuk menyeka keringatnya dimuka, lalu turun ke leher, dan terakhir di tangan.
"Ki, mau ikut makan ga?" Tanya kak Bam. Mereka biasanya akan makan setelah petang atau sekitar jam 7, menunggu keringat kering dan badan sudah sejuk kembali. Tetapi tadi, kegiatan mereka hanya berlangsung sebentar, karena hanya olahraga ringan dan perkenalan untuk anak baru. Sehingga sebelum langit menggelap, mereka sudah selesai.
"Wait kak, cek hape dulu" Kiya dengan cepat mengambil smartphone-nya dari dalam tas. Satu-satu matanya mengecek pesan dari aplikasi Rine dan Whasap. Dia melihat ada satu pesan dari Mami-nya, pesan dari bos besar harus cepat dibalas menurut Kiya.
"Aku makan dirumah aja deh Kak, Mami katanya udah masak banyak" Sahut Kiya yang langsung membereskan barang-barang serta memakai jaketnya. "Aku pulang duluan ya semua!" ucap Kiya lantang sembari berjalan meninggalkan sekret. Tangannya dengan lincah membuka aplikasi ojek online dan memesan satu ojek.
*
"Mi, denger deh. Tadi temen aku, Hani, lucu banget deh. Aku tau dia suka sama temennya, tapi dia masih malu-malu kucing hahahha. Padahal ya, anak-anak yang lain tuh pada ngira mereka udah pacaran, tapi bilangnya cuma temenan aja" cerita Kiya panjang lebar dengan Maminya di meja makan.
"Cewek pasti kalau ada di deket orang yang dia suka pasti malu-malu lah, emangnya kamu ga tau malu hahaha"
"Ihh kok Mami jahat hahah"
"Terus kamu sukanya sama siapa Ki?" Tanya Maminya dengan senyuman yang mengejek.
"Bukannya kamu pacaran ya sama Dann?" Sekarang giliran Papinya yang mengejek Kiya, entah beneran bercanda atau memang tidak tahu.
"Ihh apaan sih Papi sama Mami nih kepo banget ya" ucap Kiya salah tingkah, alih-alih menatap kedua orang tuanya, dia memasukkan makanannya dengan kikuk dan canggung ke dalam mulut.
Kiya beranjak menuju kamarnya setelah mencuci piring sehabis makan. Dia mengecek gawainya, ada dua panggilan tidak terjawab 6 menit yang lalu dari Dann. Sekilas, seulas senyum menghiasi wajah tembem dan manisnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menelpon yang bersangkutan.
"Halo Dann! Kenapa manggil tadi?" Tanya Kiya tanpa basa-basi.
"Masih di kampus ga Ki? Makan yuk?" Ajak Dann dari sebrang sana.
"Yah, aku udah di rumah dan udah makan Dann, nanti kalau kamu ajak lagi pasti gue iyain deh!"