Orasi di Balik Pelaminan

Rie Yanti
Chapter #9

Bab 9

 Mobil komando polisi melaju di depan iring-iringan mahasiswa, sedangkan beberapa sepeda motor mendampingi di kanan dan kiri barisan. Beberapa anggota polisi juga berjalan mengawal mereka di belakang ambulan UPT Kesehatan Uperkha dan mobil logistik. Lara terus menunduk sepanjang jalan dengan rambut yang menutupi bagian samping wajahnya. Merasa diawasi terus. Gerak-geriknya jadi terbatas. Bahkan untuk mendongak sedikit saja dia tidak berani. Berkali-kali Dhita mengatakan, “Nggak bakal ketahuan, kali.” Namun, Lara tetap diliputi rasa cemas.

Jalan menuju gedung DPRD yang semula sepi mendadak ramai oleh koor mahasiswa Uperkha yang menyanyikan lagu Darah Juang dan Buruh Tani, serta meneriakkan yel-yel menuntut keadilan sambil mengangkat kepalan tangan mereka. Ponsel tidak lepas dari tangan mereka. Ada yang mendokumentasikan dari dalam mobil, juga dari dalam iring-iringan massa.

Lara mengikuti lagu-lagu itu secara lipsync sambil mengira-ngira liriknya. Dia tidak hafal lirik lagu-lagu yang merupakan mars mahasiswa saat melakukan aksi. Hanya, dia sempat bergeming ketika tiba di salah satu baris lagu Darah Juang.

 

Bunda, relakan darah juang kami untuk membebaskan rakyat

 

Lara menelan ludah. Merasa bersalah karena sudah pergi tanpa pamit sang ibu dan melanggar aturan ayahnya. Tetapi dia juga punya pembelaan. Lara ingin membebaskan para korban tragedi Trisakti dari ketidakadilan pemerintah. Lara ingin memperjuangkan hak mereka dengan langkah-langkah kecilnya.

Ketika lagu beralih ke Maju Tak Gentar, Lara ikut bernyanyi walaupun tetap sambil menunduk. Untuk mengusir rasa bersalahnya sekaligus hanya itulah lagu yang dia hafal. Sebuah lagu perjuangan yang tak lapuk oleh zaman.

Satu ruas jalan yang biasa dilalui dua kendaraan bersisian terpaksa mengalah. Mereka melaju perlahan, mengikuti arahan polisi yang mengawal massa agar tidak bersinggungan dengan kendaraan yang lewat.

Di pinggir jalan, beberapa orang berhamburan keluar rumah. Para pedagang kaki lima melongokkan kepala mereka dari balik gerobak sambil tetap mengolah bahan dagangan mereka.

“Merdeka!” pekik seorang anak kecil sambil mengangkat tangannya yang dikepalkan.

Para mahasiswa yang melihatnya tertawa dan membalas seruan itu, “Merdeka!” Mereka merasa gembira karena mendapat asupan dukungan dan semangat meski dari seorang bocah.

Lihat selengkapnya