Orasi di Balik Pelaminan

Rie Yanti
Chapter #11

Bab 11

Begitu Albi kembali ke barisan, Lara menunduk lagi. Jangan sampai kelihatan. Jangan sampai kelihatan.

Namun mata Albi rupanya cukup jeli. Ia menemukan Lara sedang duduk bersama Dhita. Tanpa ragu, ia mengendap-endap, menyelinap di antara kerumunan.

Saat menyadari ada seseorang berjalan ke arahnya, Lara mendongak sedikit.

“Hai. Kirain nggak ikut,” sapa Albi sambil berjongkok di sampingnya. Ia meminta seorang mahasiswi di sebelah Lara untuk bergeser sedikit.

Lara gelagapan. “Ng… iya, tadinya…”

Begitu Albi duduk di sebelahnya, Lara salah tingkah. Antara senang dan merasa bersalah karena sudah membuat laki-laki itu bertanya-tanya. “Ng… aku… datang telat.”

“Susah dapat izin mama papamu, ya?”

“Ya… begitulah…” Lara menjawab sambil agak menunduk.

“Maaf, ya, jadinya aku yang baca puisimu,” ucap Albi pelan. “Tadinya mau minta tolong teman, tapi setelah kupikir-pikir, sayang kalau orang lain yang bacain.”

Lara tersenyum lebar. “Nggak apa-apa. Aku malah senang kamu yang baca.”

Dhita berdehem. “Oh, ternyata sudah direncanakan, ya?”

Lara mengernyit. “Maksudnya?”

“Kamu yang nulis puisinya, Albi yang bacain.” Dhita mengerling, menggoda.

“Kamu, sih. Kusuruh baca malah nggak mau,” Lara menimpali cepat, berusaha menutupi wajahnya yang memanas. Tapi diam-diam dia bersyukur tidak melewatkan penampilan Albi.

Albi meminta izin untuk tetap duduk di sana. Lara tidak menolak. Hanya saja, dia tidak tahu bagaimana caranya tetap bersembunyi dari sang ayah sementara dia harus meladeni obrolan Albi. Berkali-kali gadis itu menyibak rambutnya, lalu menariknya lagi ke depan untuk menutupi wajah. Sesekali ia menoleh dengan was-was ke arah barisan aparat, lalu kembali menunduk.

“Kamu kenapa?” tanya Albi. “Silau, ya? Bawa topi, nggak?”

Lihat selengkapnya