Orasi di Balik Pelaminan

Rie Yanti
Chapter #13

Bab 13

Para mahasiswa masih berada di tempat mereka; sebagian basah kuyup oleh keringat yang keluar saat aksi dorong-dorongan. Dari balik tameng, beberapa aparat menoleh ke arah atasannya, menanti aba-aba.

Rendra menatap ke arah massa yang belum juga surut. Matanya berat, seolah sedang menimbang sesuatu yang tak pernah ingin dia lakukan. “Kita mulai dengan tekanan kecil dulu,” katanya datar.

Dua kendaraan lapis baja perlahan bergerak dari sisi kiri. Moncong meriam air diarahkan ke kerumunan.

Di barisan depan, beberapa mahasiswa masih mencoba bernegosiasi dengan petugas yang berdiri di balik tameng.

“Kami mau mundur, tapi jangan pakai kekerasan!” teriak seorang dari mereka.

Namun jawaban satu-satunya hanyalah dengung mesin kendaraan taktis yang makin mendekat.

Lara menatap barisan tameng yang kini tampak lebih seperti dinding besi ketimbang pelindung. Di sisi lain, Rendra menunduk sejenak, lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, memberi tanda kepada operator kendaraan Sabhara agar bersiap menembakkan semprotan pertama.

Suasana hening sepersekian detik di dalam kendaraan taktis sebelum air ditembakkan. Hanya suara mesin dan napas tertahan yang terdengar.

Sejurus kemudian, semburan air bertekanan rendah menghantam massa sebagai peringatan untuk membubarkan diri. Air terus menyembur, membuat para mahasiswa semakin basah kuyup dan berlarian menghindar.

Dari dalam kendaraan, operator Sabhara menurunkan tekanan semprotan sejenak. Semburan air melemah seperti gerimis yang menciprati jalan dan mahasiswa. Namun lewat radio, dia menerima perintah dari perwira pengendali di depan untuk melanjutkan penyemprotan.

Lihat selengkapnya