Orasi di Balik Pelaminan

Rie Yanti
Chapter #15

Bab 15

Albi terus bergerak. Setiap langkahnya terasa berat. Jalan yang licin membuatnya beberapa kali hampir jatuh. Tapi satu hal membuatnya tetap berdiri: tekad untuk menemukan Lara.

Di antara kepulan asap, Albi melihat seorang mahasiswi berjalan tertatih sambil membekap hidung dan mulut. Rambut panjangnya tergerai. Siluet yang tidak asing baginya.

Albi menghampiri. “Lara?” tanyanya begitu berada di dekat sosok itu.

Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri, mencari asal suara. Matanya merah karena gas air mata dan tangis.

“Lara!”

“A-Albi?” tanya Lara sambil berusaha menajamkan penglihatannya. Tampak sosok laki-laki yang rambutnya dikuncir ekor kuda. Wajahnya hanya terlihat sebagian karena hidung dan mulutnya tertutup masker. “Albi, kan?” Suaranya terdengar serak, lalu batuk-batuk.

“Iya,” sahut Albi sambil menurunkan maskernya. “Ayo, cepat!”

Lara menurut saja setelah melihat wajah itu dengan jelas. Dia biarkan Albi merangkul dan membimbingnya keluar dari kepungan massa dan asap gas air mata. Tertatih-tatih mereka berjalan. Berkali-kali mereka tersenggol para mahasiswa yang berlarian ke sana kemari. Albi sempat jatuh karena tertubruk seorang mahasiswa. Pelipisnya membentur aspal dengan cukup keras hingga terluka. Kepalanya berdenyut. Cairan merah merembes dari kulit. Susah payah dia berdiri; tubuhnya limbung.

Namun, saat ingat bahwa dia sedang menolong seseorang, Albi berusaha kembali berdiri tegak. Dia cukup kuat untuk berjalan. Penglihatannya masih mampu menerobos kepulan asap.

Sementara itu, batuk Lara makin keras. Setiap tarikan napas baginya seperti menelan bara. Udara seperti terbakar. Matanya perih; ke mana pun dia memandang hanya ada kabut putih. Asap itu seperti kabut panas yang menelan suara dan bentuk. Suara orang batuk, menangis, dan berteriak bercampur jadi satu.

Lihat selengkapnya