Orasi di Balik Pelaminan

Rie Yanti
Chapter #25

Bab 25

Rendra membiarkan laki-laki itu bersimpuh di hadapannya, membenamkan wajahnya ke dalam tangkupan kedua tangannya. Sementara sang pembawa acara sedang membacakan teks sungkeman, menyuarakan isi hati menantu pada ayah mertuanya.

“Ayah, pada persimpuhan pertamaku di pangkuanmu, aku ingin berterima kasih telah mengizinkanku menjadi bagian dari keluarga yang telah ayah bangun. Terima kasih telah memberikan restu pada kami untuk menikah hari ini, sehingga kami bisa menjalani kehidupan bersama sebagai suami istri.

“Ayah, terima kasih telah mempercayakan anak yang telah ayah besarkan dengan penuh kebaikan dan kasih sayang untuk menjadi pendamping hidupku hingga akhir hayat. Doakan kami supaya bisa menjadi keluarga bahagia yang sakinah, mawaddah, wa Rahmah, serta dikaruniai anak-anak yang baik, salih dan salihah, serta membanggakan kedua orang tuanya.”

Laksmi yang duduk di sebelah Rendra menekan-nekan tisu ke area matanya. Kata-kata sederhana itu membuatnya menitikkan air mata diserta perasaan haru, bahagia, dan penuh asa yang bercampur jadi satu.

Namun telinga Rendra tidak menangkap kata-kata sang pembawa acara. Di telinganya, bergaung orasi Albi beberapa tahun lalu. Membacakan puisi perlawanan terhadap institusinya.

 

Kami bukan bara yang bisa kau padamkan.

Kami membawa tuntutan, bukan kertas kosong.

 

Lihat selengkapnya