Sisa abu bertebaran oleh sapuan angin. Api kecil meletik menimbulkan suara khas beberapa kali. Kabut hitam menutup hampir seluruh permukaan. Mansion semula berdiri kokoh, runtuh tersisa puing-puing berserakan.
Tak ada yang selamat dari peristiwa itu kecuali seorang gadis kecil delapan tahun. Muka bulat tercoreng-moreng abu. Baju kotor berbeda jauh dari apa yang biasa digunakan sehari-hari.
Manik polos memandang petugas kepolisian di balik meja. Sorot tajam seolah tujuan hidup dan ke mana arah tiap langkah kecil tergambar di otak dengan sempurna. Tubuh mungil tenang duduk pada kursi.
“Saya yang menyebabkan api. Saya gak suka semua orang.”
Seluruh petugas kepolisian terbelalak. Pengakuan jarang sekali dilakukan, apalagi oleh seorang gadis kecil. Tak masuk akal bila seorang bocah menyebabkan kebakaran besar hari itu, memakan enam korban jiwa, menghancurkan rumah besar hingga rata dengan tanah.