Lampu-lampu berangsur padam. Layar lebar di depan semula hanya menampilkan cuplikan dari movies lain, kini mulai menayangkan opening film yang hendak ditayangkan.
Deretan bangku tertata rapi. Dari bawah ke atas, posisinya semakin tinggi. Suara menggema oleh beberapa sound system besar.
Sio hampir tak henti menggerutu. Jael yang memberi ide untuk pergi ke bioskop. Yutha dan Landi mengiyakan, Ara sedikit dipaksa, sedangkan Sio perlu kegigihan ekstra dari si kakak sulung agar mau bergabung.
Rasa kesal Sio kian menjadi-jadi ketika sampai di salah studio—bukan premiere, tapi tetap sama-sama tenang—tempat duduk Landi ada di paling kini, kemudian sebelahnya ada Sio, Ara, Jael, dan Yutha secara berurutan.
Sio mau tak mau diam kerana film telah dimulai dan dia tak boleh mengganggu penonton lain dengan bersuara berisik.
Jael yang memilih film. Tentang para musisi usia 15–25 tahun, memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda. Dibalut romansa ringan, komedi renyah, dan genre musik yang tergolong kalem, film ini tak akan mengganggu Ara. Keadaan sekitar cenderung gelap, sehingga akan menipu mata jika sebenarnya ada banyak orang di sekeliling. Lagipula Ara duduk di antara kakak-kakaknya sehingga merasa familiar.
“Gimana menurutmu lagunya, Ara?” Jael berbisik.
Ara ikut berbisik, “Aku suka.”
“Apanya yang paling kamu suka?” tanya Jael.
“Iramanya tenang,” ujar Ara. “Kalo didengar lagi, suara penyanyi dan liriknya juga bagus.”
“Aku suka drummer-nya. Dia keren.” Jael jadi bersemangat. “Kalau kamu?” Jael tak henti bertanya pada Ara.
“Aku …,” Ara terdiam sejenak, “suka si penyanyi … dia meluapkan perasaan dengan baik.”
Jael mengangguk-angguk. “Seleramu bagus—”
“Jangan berisik.” Sio menatap kesal pada Ara.
Jael menjulurkan lidah. “Bang Sio cuma iri karena gak punya temen ngobrol. Iya kan, Ara?”
Ara mengangguk. “Iri, kan? Kalo kamu mau ngobrol sama aku, bilang aja.”
Seketika Sio bersungut-sungut. Sadar di mana di berada saat ini, mau tak mau harus menahan emosi dalam-dalam.
Sio mendengus kesal. “Kamu sungguh nyimpan tenaga buat ngatain aku ….”