Demi menentramkam pikiran aku mencoba bermeditasi seraya meruntutkan kejadian demi kejadian yang menimpa silih berganti. Aresnia. Nama itu pemberian Kakek kepada adik Ayahanda. Nama yang sejatinya mengandung makna negeri dari bahasa Arsenia. Aku enggan memanggil secara lengkap. Ares terasa lebih pantas seperti sikap kejamnya.
Jika tidak salah ingat, harusnya Anakin sudah kembali kemari namun ia tidak kelihatan sama sekali hingga gegap gempita dunia luar kian memudar. Aku mulai khawatir. Dari awal misi pembebasan ini memang sangat mustahil. Walau aku merasa kelonggaran penjagaan, aku yakin Ares dan Laea telah menyiapkan keamanan lebih. Apalagi Ibunda Arabella bukan sembarang orang dan eksistensiku tidak bisa diremehkan juga.
Telingaku menangkap derapan langkah berasal dari gemaan tangga, setidaknya dua prajurit mendekat tanpa sedikitpun bersuara. Saat tubuh keduanya telah menghadap ke depan jeruji besi, netraku menangkap kehadiran dua orang lelaki berpakaian bangsawan. Wajah keduanya mirip, kecuali warna rambut, tinggi badan, serta bentuk mata. Salah satu dari mereka merebut atensiku sepenuhnya.
"Tuan Seizer?" Aku menjadi kelu, tak kuasa memikirkan serangkaian kemungkinan sampai melihat Seizer berdiri tenang dengan pakaian mahal.
"Saya Tuan Putri." Mata Seizer yang tajam sukses menguliti. Harga diriku kini tercemar. Mengapa keluarga Romanovo ada di sini? Aku tidak habis pikir. Mereka berbalik pada Ayahanda yang selama ini menghidupi penuh kerendahan hati meski cacian selalu datang menghampiri. Loyalitas bangsawan Arsenia seharga kerikil.
"Begitu ternyata ... jadi mau apa Tuan Callahan dan Tuan Seizer berkunjung? Saya rasa di antara kita sudah tidak ada urusan." Aku menjaga kestabilan suara dan pikiran. Tidak mau repot-repot mengamuk hingga melupakan jeruji yang sanggup menelan dalam lingkaran sihir dan es abadi.
"Putri Sierra, saya ingin menyampaikan pesan atas nama Baginda Raja Aresnia," jelas Callahan disertai senyuman kaku. Entah harus tersanjung atau tertawa, seseorang berstatus sosial tinggi menyampaikan pesan kepada tahanan? Sekalipun aku adalah Putri kerajaan ini, hal tersebut bertentangan dengan etika bangsawan. Ares eksentrik sekali, di lain sisi masih menganggapku berkedudukan namun mencoreng nama salah satu bangsawan.
"Oh tahanan seperti saya merasa amat tersanjung karena pesan Raja disampaikan oleh Count terpandang, padahal seorang ajudan saja seharusnya sudah cukup. Sierra Lizbeth Ezerald memberikan salam." Aku berdiri dan memberikan hormat sebagaimana orang biasa bertemu bangsawan.
Mendapati wajah masam Callahan membuatku senang. Sayang sekali Seizer tidak bereaksi, ia terlalu kaku walau aku terang-terangan mengejek keluarganya. Dulu saat kami masih menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi pun Seizer jarang menampakkan emosi. Aku bersyukur rajutan kasih saat usiaku belia hanya bertahan satu tahun. Jelaslah lelaki ini bukan pilihan terbaik.
"Yang Mulia Putri Sierra tidak perlu memberikan salam kepada kami ataupun berbicara formal."
Oh, dia bersuara juga akhirnya.
"Mengapa tidak? Saya hanya tahanan. Mungkin sebentar lagi gelar Putri Arsenia akan dicabut," kataku santai.
"Anda masihlah Putri yang diakui."