Ordeal of Thrones

Aiden
Chapter #7

Chapter 6

Malam harinya, pelayan pembawa makanan datang. Tidak seperti kemarin, kali ini yang tersuguh lebih layak dan penuh protein. Aku membuang gengsiku guna melahap apa yang tersedia karena tanpanya, energiku kurang cepat memulih seperti sediakala. Sang pelayan menunggu sembari bersimpuh di depan jeruji. Ia perempuan paruh baya dengan tatapan hangat, mengingatkanku pada pengasuh Bernice yang sudah tutup usia.

Ia menatapku terus menerus sampai membuat tak nyaman, "kenapa?" Tanyaku mulai risih.

"Maaf atas ketidaksopanan saya Tuan Putri. Ini pertama kalinya saya berjumpa Tuan Putri secara langsung. Anda memang sangat cantik seperti rumornya."

Aku melirik ke arah dua penjaga yang masih berdiri tegak tanpa mengacungkan pedang sedikitpun. Mungkin wanita ini memiliki gelar lebih tinggi daripada ksatria karena para prajurit tidak berani mengintrupsi. Syukurlah.

"Terima kasih," jawabku.

"Merupakan suatu kehormatan bisa melayani anak asuh Lady Bernice."

"Kau mengenalnya?" Aku menyuapi sesendok terakhir daging ke dalam mulut. Sejujurnya apa yang aku lakukan menyalahi tata krama makan para bangsawan karena ada larangan berbicara ketika makan. Lega sekali bisa bertindak di luar etika meski bayarannya merasakan ketidaknyamanan penjara.

"Tentu, Lady Bernice guru saya. Nama saya Pauline, Tuan Putri. Maaf atas ketidaksopanan saya karena tidak segera memperkenalkan diri," katanya menyesal. Aku tersenyum seraya mendorong nampan berisi piring dan gelas ke arah di mana dia bisa meraihnya.

"Aku memakluminya Lady Pauline. Tidak perlu sekaku itu," timpalku pelan. Kesanku terhadap Pauline semakin membaik. Setelah mendapatkan nampannya ia hendak pergi namun Pauline mendekatkan wajahnya ke jeruji. Bibirnya bergerak membentuk vokal alpabet tanpa suara.

"Hidup Pemangku Takhta Ezerald yang asli, Arthurian Kelima."

Mataku membola setelah menangkap maksud ucapan Pauline, ternyata masih ada orang-orang seperti Anakin. Aku kian berjanji pada diriku sendiri untuk merebut Arsenia. Aku harus menjadi lebih kuat.

***

Keesokan harinya pintu penjaraku dibuka. Liasa berdiri sembari menatapku rendah. Alasan kehadirannya tidak sulit ditebak, tanpa Liasa aku bisa saja kabur dengan kekuatanku. Sihirnya menekan kekuatan pengendali yang belum mencapai tingkat tinggi. Pengendali seperti itu terbatas hanya pada pewaris utama. Lucrius salah satunya. Hanya dia yang bisa melawan Liasa dan Laea. Tapi kini aku tidak bisa berharap terlalu banyak. Sebagian diriku belum mempercayai kematian mereka. Mana mungkin ketiga saudaraku bisa dengan mudah kehilangan nyawa. Mereka Ezerald. Mereka kuat.

"Sierra Putri Arsenia yang angkuh. Oh ataukah sekarang hanya menjadi Sierra si gadis kecil? Karena Yang Mulia Aresnia baru saja mencabut gelar Putrimu."

Aku mendelik tajam atas panggilan mencemoohnya. Memang benar gelarku telah dicabut. Aku bukan siapa-siapa selain tahanan Raja, tapi bukan berarti Liasa bebas mencela. Etika dasar seperti itu saja dia tak memahaminya. Kalau Lady Leona melihat ia mungkin sibuk memberikan omelan.

Aku memilih diam dan berjalan melewatinya, mengikuti prajurit yang menarik rantai di kedua tanganku seperti hewan gembala.

Lihat selengkapnya