Origami

Winter_Sprite
Chapter #8

Terkikisnya Canggung

~Aku seakan tuli saat orang lain berbincang pasal pria. Namun, kali ini semua fakta tentangmu terasa jenaka~

Althia Yara.

.

.

.

Dinginnya pendingin mobil membuat sekujur bulu kuduk Yara berdiri, di sana ia duduk dengan mata yang masih sembab, begitu pun dengan Kanza. Setelah Glen mengungkapkan kesedihannya mereka kembali ke ruang tengah dengan sepiring spaghetti carbonara resep Glen.

Mungkin karena suara tangisan Glen yang terlalu kencang atau mereka sengaja menguping, yang jelas Azada menyila kakinya untuk menutupi wajahnya yang memerah akibat menangis.

Ersya dan Kanza berebutan meraih tissu, Farel menutupi air mukanya dengan bantal sofa dan Kenan dengan terang-terangan menunjukkan matanya yang sembab dan napas sesenggukan. Malam itu tak seorang pun yang ingin makan, walaupun perut keroncongan.

"Kan," panggil Yara. Kanza berdeham sebagai jawaban. Yara menimbang-nimbang apakah pertanyaan ini boleh ditanyakan atau tidak. Bak seorang peramal, Kanza memarkirkan mobilnya ke SPBU.

"Gue tau lo mau ngomong apa." Kini Yara mengangkat dagunya. "Lo pasti mau tanya, kan? Soal anak cewek yang dibicarakan?" Kanza mematikan mesin mobilnya lalu mendesah berat.

"Dia ga pernah bercerita secara spesifik, sih. Cuma yang dia kasih tau ke kita gini, rambutnya sebahu matanya sipit, cantik. Gue rasa itu anak SMP kita dulu, ya karena cuma SMP kita kan yang nerapin aturan rambut harus sebahu karena sekolah kita negeri enggak kaya SMP Glen, Zaza, Kenan sama Farel yang bebas bisa ngatur model rambut." Ucapan Kanza berhenti sejenak untuk sekedar mencari napas, lalu ia meneruskan kembali perkataannya.

"Gue dulu sering minta keterangan lebih detail ya maybe bisa gue bantu cari. Tapi yah, ingatan Glen ga sehebat kecepatan otaknya dalam menghitung, apalagi setelah operasi Glen memilih untuk melakukan home schooling untuk pemulihan."

"Yang gue tahu ya, sejak ketemu sama si anak cewek misterius itu, Glen lebih suka melipat origami. Kalau lagi happy melipat kertas di dekat kolam sambil ngobrol-ngobrol sama ikan koi kesayangannya, kalau un-mood uring-uringan sambil ngelipet origami di kamar. Sehari bisa abis satu bungkus kertas. Pemborosan banget."

Yara terkekeh pelan. Semua fakta tentang Glen terasa jenaka.

"Yar." Kanza membuka-buka ponselnya. "Apa?" jawab Yara dengan penasaran.

"Barusan Glen nge-chat gue. Katanya dia-" Kanza sengaja menggantung kalimat selanjutnya, Yara tetap menunggu dengan setia. "Dia minta nomer lo." Pipi Yara memerah seketika bak tomat masak, Kanza menoel pipinya.

"Cie .... cie .... yang lagi fall in love. Boleh enggak, nih?" Suhu udara di mobil entah mengapa terasa panas dan sesak. "Boleh," jawabnya dengan malu-malu kucing.

Lihat selengkapnya