Origami

Winter_Sprite
Chapter #10

Pertengkaran Manis

~Iri hati adalah definisi dari ketidakmampuan diri~

Althia Yara.

.

.

.

Hujan menjadi sangat deras, memperkeruh suasana di kelas sepuluh Mipa tiga di mana para cewek bersitegang soal dandanan.

"Gue pikir lebih bagus kalau make up ga usah tebal-tebal deh Cit. Berlebihan juga ga bagus," usul Adhira. Citra tetap kekeuh akan pendirian soal make up tebal.

"Iya lo kan punya skin tone bagus, dah cerah dari sononya. Lha gue!"

Kalisa mendengus sebal.

"Lo mikirin diri sendiri dibandingkan kelompok! Bayangkan sendiri dance itu dilapangan, panas."

"Gimana kalau make up disesuaikan dengan kebutuhan kulit aja? Well, menurut gue itu cara paling adil, sih," lontar Yara. Walaupun ia tidak ikut kompetisi apapun di event bulan bahasa bukan berarti dia lepas tanggung jawab soal mengurus kelas, bukan?

"Gue ga butuh pendapat lo!" Yara mengendikan bahu, tanda ia tak peduli juga. "Terserah lo mau peduli atau enggak. Tapi liat anggota yang lain kayaknya setuju tuh sama gue. Jangan egois, ya!" Yara berlalu, ia menyaku kedua tangannya dan berjalan keluar kelas.

Erna tidak ikut, ia sibuk menemani Wendy latihan drama untuk event bulan bahasa ini. Ia tak merasa kaki membawa dirinya ke depan perpustakaan.

Di sana ada Devano sedang mengangkut buku-buku bekas.

"Yar bantuin gue dong," pintanya dengan nada memelas. Yara masih mengingat masa-masa memalukan itu, masa-masa yang merenggut kebahagiaan SMA yang harusnya ia lalui penuh pertemanan bukan kesendirian seperti ini.

Seorang Althia Yara tidak pernah membenci sang wakil OSIS. Rasanya tak adil juga membenci seseorang yang hanya menyatakan cintanya. Devano tidak salah. Yang salah adalah sifat kecemburuan fans-nya. Ada hikmah di setiap tragedi. Mungkin kalau ia tak dibenci maka ia takkan mengenal sosok Glen.

Lihat selengkapnya