"Ayo, selamat menikmati, silakan! Grace, pimpinlah doa makan, lalu kita bisa mulai menikmati santapan-santapan lezat sepuasnya!" Lady Rose kembali mengambil alih pusat perhatian.
Grace mengucapkan doa yang panjang dan khusuk, tampaknya sudah hafal sekali, sepertinya keluarga Everopa ini termasuk taat beribadat. Semuanya dengan khidmat mengucap syukur sebelum membuka mata dan mulai bersiap-siap menikmati santap malam.
Aneka peralatan makan perak tampil bersih berkilau mulai dari beberapa macam sendok, garpu hingga serbet makan yang wajib diletakkan di pangkuan masing-masing. Lilin-lilin tinggi menyala di chandelier dan aneka bunga potong segar menghias meja makan. Tentu saja hidangan berporsi besar-besar yang disediakan sangat menggugah selera. Mulai dari aneka pembuka berupa sup dan salad, hidangan utama daging steak tebal disertai kentang tumbuk, sampai penutup berupa puding karamel dan buah-buahan segar disajikan lengkap dengan penataan kelas satu. Maharani merasa kagok, di Evernesia ia terbiasa makan dengan peralatan seadanya, duduk selonjoran di lantai atau sambil menonton televisi. Di sini, sepertinya ia harus mulai belajar table manner dan etika ala keluarga bangsawan Everopa!
Orion di kejauhan sesekali seperti berusaha berkomunikasi dengannya. Sangat dimaklumi, wajar jika ia berusaha untuk ramah terhadap tamu atau anggota keluarga baru mereka yang akan tinggal bersama-sama dalam satu kompleks besar milik pribadi untuk bertahun-tahun ke depan! Namun selalu ada tembok berpenghalang di antara Orion dan Maharani, tak peduli seberapa pemuda misterius itu mencoba untuk bicara. Lady Rose selalu bercanda dan menyuapi pemuda itu seperti kekasih yang sedang jatuh cinta. Orion tak terlalu menanggapi, hanya tersenyum saja tanpa membalas kemesraan itu.
Jangan-jangan... Maharani berusaha keras menduga-duga ada hubungan apa di antara mereka, sesuatu yang bahkan Lady Rose belum ungkapkan. Ia hanya bisa menduga-duga. Tak mungkin ia ayah kandung Leon dan Grace. Ia pasti...
"Nona Maharani! Kami belum lama ini resmi menikah dan sangat berbahagia, iya 'kan, Orionku Sayang?" Lady Rose ternyata tahu apa yang ingin ditanyakan guru muda yang bertanya-tanya itu, "Masih pengantin baru! Suamiku, si brengsek ayah kandung Leon dan Grace, pergi meninggalkanku demi seorang wanita lain di Evemerika! Lihat, dipikirnya aku akan mendendam dan mati merana dalam kesedihan di sini? Aku bisa memperoleh siapapun yang kuinginkan! Bukankah begitu, Orion?" digigitnya sebuah ceri merah merona, seakan-akan menyindir atau meledek Maharani yang masih berstatus lajang.
"Oh, ya, tentu saja, Dear Lady Rose!" gugup Orion, berusaha untuk terlihat menyetujui apa yang istrinya katakan.
Terlihat jelas, hanya Lady Rose yang dominan dalam hubungan ini. Maharani merasa tertusuk, entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini.