"Anda, uh, maksudku, kamu, bisa tinggal di ruang tamu saja malam ini. Hujan di Chestertown halus-halus namun cukup deras. Daripada besok kamu jatuh sakit dan tak bisa mengajar anak-anak, lebih baik tinggal di sini untuk malam ini saja!"
"O-o-orion?"
A-a-apa yang Tuan Orion, eh, kamu katakan kepadaku?" Maharani memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Ajakan Orion Delucas itu membuatnya gugup, terlebih karena tidak ada orang lain di lobi itu.
"Aku tidak main-main, jalan setapak menuju paviliunmu cukup jauh dari mansion ini, perlu waktu minimal sepuluh menit untuk mencapainya, apalagi udara sangat dingin dan hujan mulai deras. Terima saja tawaranku."
"Ta-ta-pi nanti Lady Rose Delucas tidak akan senang apabila..."
Orion mendekat, sepertinya tubuhnya yang tinggi akan merapat lebih dekat apabila Rani tidak mundur selangkah karena masih merasa begitu segan.
"Istriku, uh, mengapa aku sebut begitu walau memang kenyataannya, tak akan bisa membantah karena ini memang darurat! Tenang saja, yang penting malam ini kau sehat dan siap mengajar besok dalam kondisi prima! Mari, ikuti aku dan segeralah beristirahat. Di dalam lemari kamar tamu nanti ada banyak gaun tidur bersih dan baru khusus untuk tamu, kau bisa memilih dan mengenakannya!"
Orion mengatakannya dengan santai seolah-olah sudah kenal cukup lama dengan Rani. Pemuda itu sesekali masih melirik koridor menuju ruangan-ruangan lain, seolah-olah bersikap waspada jika istrinya tiba-tiba muncul. Lalu ia mengajak Rani ke salah satu kamar tamu yang tak jauh dari ruang utama.
Di dalamnya cukup besar, bersih dan nyaman. Orion mengucapkan selamat malam, dibalas Rani dengan terima kasih dan selamat malam juga.
Jantung gadis itu masih berdebar-debar saat memikirkan pemuda yang belum dua puluh empat jam ia kenal.
Astaga, mengapa aku merasa aneh begini? Tidak, tidak, tidak. Ia memang menarik, tampan, penuh karisma. Namun ia suami Lady Rosemary, majikan baruku! Tentu saja tidak boleh, karena statusnya suami seseorang!
Rani segera membuka gaunnya. Dipilihnya satu gaun tidur sutra putih yang halus dan nyaman.
Di depan cermin rias sempat ditatapnya wajah dan tubuhnya sendiri. Tubuhnya langsing dan cenderung mungil dengan tinggi hanya sebahu Orion Delucas. Uh, lagi-lagi Orion. Mengapa pemuda itu selalu hadir dalam imajinasinya?
Maharani belum pernah memiliki kekasih. Di Evernesia, beberapa kali teman sekolah dan kuliahnya mengajak kencan. Namun Rani tak ingin, padahal mereka juga tampan menawan. Beberapa berdarah asli Evernesia, bahkan ada juga yang berdarah Everiental, berpenampilan mirip artis-artis Khoreya. Sayangnya Rani tak tertarik.