"A-a-apa? Orion, ups, maksudku, Tuan Delucas, mengapa aku harus ikut denganmu, maksudku, bersama Anda, masuk berdua saja ke dalam kendaraan pribadi Anda?" Menyadari jika mereka berada di area terbuka yang bisa dilihat oleh siapa saja termasuk Lady Rosemary yang mungkin berada di kejauhan, Maharani berusaha untuk tak terlihat terkejut. Jantungnya tak ayal berdebar-debar, ia belum pernah duduk berdua saja dengan seorang pria di belakang kemudi.
Menurut atau tidak, apa alasan yang dapat kuberikan seandainya aku...?
"Ikuti saja perintahku. Lady Rosemary tak pernah ingin ikut serta dengan acara go downtown seperti ini. Ia masih lelap di kamar, percayalah, ini takkan jadi masalah, kita juga bepergian untuk tugas belanja mingguan! Mari, kendaraan kita ada di sini!"
Maharani sadar, titah pemuda itu tak dapat ia tolak. Orion segera berjalan menuju sebuah sedan sport hitam convertible berlogo kucing besar, merek yang tergolong mewah dan langka berseliweran di jalan-jalan Viabata, setidaknya di hadapan Maharani. Gadis itu terpana, ingin rasanya mengucek-ucek mata saking tak percaya pada penglihatannya. Kendaraan itu sangat mulus, tentunya belum lama dibeli. Catnya kinclong, berkilau menyilaukan di bawah sinar mentari pagi Chestertown.
"Tak usah segan-segan. One more thing. Sebenarnya ini bukan mobilku, ini milik Rose, pinjaman yang boleh kupakai sewaktu-waktu jika aku perlu bepergian, just like our 'go downtown' needs. Tentunya untuk tugas, takkan pernah diizinkan untuk kesenangan belaka."
Hari ini Orion mengenakan sweater turtleneck biru tua, celana panjang hitam santai serta kacamata hitam. Ia tampil trendi sekaligus kasual layaknya seorang selebriti. Tampan maksimal. "Ayo, masuk, Rani, jangan diam saja. Come on in. Kau mau Rose memergoki kita lalu memecatmu?"
"Oh, yes, of course, ba-ba-baiklah!" gugup, Rani nyaris lupa menelan ludah. 'Duh, Leon Delucas benar, papa sambungnya ini betul-betul mirip dengan aktor pemeran Pangeran Kaspia dalam kisah film fantasi yang pernah kusaksikan zaman kecil di bioskop. Mimpi apa aku, dalam hidup akhirnya bertemu seseorang yang begitu mirip si tampan itu!'
Orion membukakan pintu sedan bagi Rani. Lalu pemuda itu berputar dan membuka pintu lainnya di sisi pengemudi. Maharani merasa gelisah. Belum pernah ia duduk di jok kulit asli yang begitu empuk. Aroma interior mobil baru menyapa, seketika membuat betah. Orion menyalakan mesin mobil yang langsung berbunyi halus tanpa banyak getaran.
Gaya Orion mengemudi begitu santai. Gerbang ganda terbuka, sedan hitam mereka keluar mendahului bus mini pegawai yang menyusul tepat di belakang.
Kendaraan-kendaraan mereka beriringan menuruni bukit dengan kecepatan minimal. Jalan kecil beraspal mulus di perbukitan Chestertown cenderung sepi, sesekali berliku, namun sama sekali tidak curam. Udara sejuk pegunungan terasa segar dan bersih menyapa wajah Rani.
"Di sini damai dan nyaman sekali, jauh dari hiruk pikuk Everlondon." Rani merasa seperti sedang berwisata.
"Ya, baik untuk kesehatan. Mungkin suasana sedikit membosankan bagi pecinta kota besar," Orion membalas tanpa sedikitpun mengalihkan pandang dari jalan. Ia pengemudi yang sangat berhati-hati. Rani diam-diam mengagumi keterampilan sang tuan muda.
"Tidak. Di sini jauh lebih baik daripada di Viabata yang panas dan berisik."