Siang hari mulai beranjak sore. Orion dan Maharani segera turun gunung untuk kembali ke Chestertown, kebetulan tak begitu lama setelah Lady Rosemary dan kendaraan mewahnya berlalu! Keduanya langsung menemukan jika situasi di kota kecil yang tenang itu semakin jauh berbeda dari biasanya.
Memutuskan untuk parkir di kejauhan, Orion segera turun dari mobil hitamnya. Rani menyusul di belakangnya, mereka sepakat untuk tak berjalan berdampingan.
Beberapa tahun silam, sang guru muda pernah mengalami kejadian hampir serupa di Viabata, ibu kota Evernesia. Rak-rak mini market hingga pasar tradisional mulai kosong diserbu pembeli yang takut kehabisan stok sembilan bahan pokok. Seluruh penduduk kota besar yang berjumlah belasan juta jiwa itu, miskin maupun kaya raya, tua maupun muda, berebutan membeli beras, minyak goreng hingga gula. Antre hingga berjam-jam seakan takut tak ada lagi stok logistik untuk dijadikan persediaan di rumah. Kadang malah terjadi kekalapan, nyaris berebutan hingga terjadi baku hantam. Mirip sekali dengan kejadian public chaos sebelum-sebelumnya. Misalnya musibah banjir lima tahunan di mana listrik padam selama berhari-hari, uang di anjungan tunai mandiri mendadak langka, toko-toko kebutuhan sehari-hari kosong, konon akibat terjadi penimbunan kebutuhan pokok. Saat itu Rani sungguh merana. Tak punya cukup uang tunai untuk pegangan, ia terpaksa meminjam dana dari sanak saudara terdekat, juga meminta bantuan pasokan hidup sekedarnya. Begitu situasi membaik, Rani segera pontang-panting bekerja apa saja, asal halal, demi melunasi hutang-hutangnya. Bukan seorang penunda yang suka berdiam diri saja! Syukurlah ia menunaikan semua, masih bisa bertahan hidup hingga kini. Berhasil berada di sini.
"Rani, ada apa, mengapa kau jadi termenung? Are you alright?" panggil Orion memecah lamunannya, "Ayo kita pergi bersama mencari teman-teman, mungkin mereka juga belum bisa kembali."
"Oh, maafkan aku, Orion, I'm okay, hanya sebuah deja vu. Setuju, ayo! Semoga tak terjadi apa-apa!"
Jalanan dan toko-toko masih dipenuhi penduduk setempat. Situasi mulai kurang terkendali karena beberapa orang mulai tampak kurang sabar. Berusaha menarik perhatian publik, mereka mulai mengeluarkan kalimat-kalimat provokasi meresahkan.
"Borong semua! Sekarang kota kita dalam ancaman bahaya besar! Jangan sampai kita menderita krisis kelaparan seperti dulu lagi!"
"Kota kecil ini cepat atau lambat akan jatuh seperti Pharez! Amankan semua persediaan bahan pokok sebelum habis total! Beli dan habiskan semua!"
Rani bingung, dipandangnya Orion yang berusaha tetap tenang.