Orion

Bentang Pustaka
Chapter #3

Zwei

“Sejujurnya, aku tidak pernah bermaksud untuk menghindarimu.

Aku hanya berusaha menghindari perasaanku sendiri.”

Sesampai di kamar berukuran sedang yang perabotannya didominasi warna hitam dan putih, Orion langsung menghempaskan tubuh di atas kasur empuk berbalut bed cover biru gelap yang nyaris terlihat hitam berhiaskan motif taburan bintang berwarna kuning.

Orion hanya ingin beristirahat sejenak sebelum lanjut mengerjakan tugas rumah dan tugas sekolah.

Tak seperti biasa, hari ini Orion merasa kegiatannya selama di sekolah sangat menguras tenaga. Ah, mungkin saja karena tadi ia tanpa sengaja melewatkan sarapan dan hanya membeli Pop Ice untuk mengisi perut yang kosong. Namun, saat kedua matanya akan terpejam, tiba-tiba ponsel yang berada di kantong celana kremnya bergetar singkat, menandakan ada pesan masuk. Orion pun langsung merogoh kantong celana dan mengeluarkan benda pipih berwarna hitam itu dari sana.

Orion terdiam sejenak, lalu mendengkus kasar. Belum sempat ia mengetikkan balasan, tiba-tiba ponsel yang ia pegang di udara terlepas dari tangannya dan menimpa wajahnya dengan keras.

Pemuda itu kontan meringis kesakitan.

“Sialan,” rutuk Orion sembari mengusap wajah yang memerah. Denyut nyeri yang dihasilkan benda keras itu berhasil membuatnya memejamkan mata rapat-rapat selama beberapa menit. Setelah nyerinya berkurang, Orion kembali meraih ponsel untuk mengetikkan pesan balasan kepada Ilona.

Tepat setelah pesan balasannya terkirim, Orion langsung beranjak dari posisi tidurnya. Ia berjalan mendekati lemari dengan kedua tangan bergerak melepas dasi merah marun yang melilit di leher. Setelah itu, tangannya beralih melepas satu per satu kancing kemeja putih polos yang ia kenakan. Tak butuh waktu yang lama untuk kemeja tersebut terlepas dari tubuhnya, dan hanya menyisakan kaus hitam polos. Keinginannya untuk beristirahat sudah buyar. Sekarang, ia butuh mandi untuk menyegarkan pikiran.

Orion meraih handuk yang tergantung rapi di dekat lemari. Lantas disampirkannya handuk tersebut ke leher, sebelum ia menata langkah menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Begitu Orion menutup pintu kamar mandi, pesan balasan dari Ilona muncul menghiasi layar ponselnya.

***

Seusai melipat lengan kemeja biru tuanya hingga siku, Orion kembali memusatkan perhatian pada komik serial Boruto di tangan. Ya, pemuda itu sudah berada di kafe yang memiliki fasilitas perpustakaan tak jauh dari perumahannya. Ia telah menyelesaikan tugas-tugas rumah harian seperti menyapu dan mengepel lantai.

Demi menambah kekhusyukan, Orion bahkan sampai menyumpal kedua telinga dengan earphone. Terdengarlah alunan lagu 2U milik Justin Bieber yang dibawakan ulang oleh salah seorang personel Bangtan Sonyeondan, yaitu Jeon Jeong-guk.

When it comes to you,

Don’t be blind ...

Watch me speak from my heart,

When it comes to you,

Comes to you ....

Sesekali, Orion menyedot caramel macchiato-nya tanpa mengalihkan pandangan dari halaman komik.

“Permisi .…”

Mendengar suara asing yang menyapa, mau tak mau Orion langsung mendongakkan kepala sembari melepas earphone dari kedua telinga. Seketika ia tertegun, suara asing itu berasal dari seorang gadis berkemeja biru langit dengan celana jins putih dan sepatu kets putih. Di tangan kanan, gadis itu tampak membawa segelas iced lemon tea.

“Gue boleh duduk di sini, nggak?” gadis itu bertanya sambil menggaruk tengkuknya canggung. Dari matanya, Orion bisa melihat sorot penuh harap bercampur dengan kilatan cemas.

Orion mengerjapkan kedua mata, lalu mengedarkan pandangan ke penjuru kafe. Ia mendapati kondisi kafe yang penuh, dan tak menyisakan tempat duduk, kecuali meja yang kebetulan ditempatinya seorang diri. Dengan cepat, dan sambil menyunggingkan senyum, Orion mengangguk. “Boleh, boleh.”

“Maaf, ya.”

Lihat selengkapnya