Ormovida: Invisible String

Adin Suryaningrat
Chapter #4

Phoenix Ashes (2)

Nyonya Srikandi atau yang kita kenal sebagai Madam Beetle pernah bilang bahwa, seorang bangsawan tidak boleh menjadikan seorang pelayan sebagai teman dekat. Karena hal itu akan berbahaya untuk kehidupan politiknya. Dan karena hal itu, Alana kemudian memadang kalau kehidupan di istana rupanya tidak seaman atau semenyenangkan dalam stereotip orang-orang kebanyakan. Lalu ia jadi ingin membuktikan kebenaran ucapan Nyonya Srikandi sendiri. Hasilnya, ucapan Nyonya Srikandi tidak seratus persen benar. Nina bahkan menjadi kaki-tangannya dalam upaya melawan Pangeran Baldwin kemarin.

Tampaknya Nina kini sudah menjadi sahabat baru Alana selama tinggal di Ormovida setelah konflik besar dengan Pangeran Baldwin dan Eclipse Movement itu. Ia yakin sekali kalau Nina bertemu dengan Julian dan Sara, maka mereka akan sangat cocok. Selera humor mereka, selera musik mereka. Bahkan mungkin kalau Alana tidak sedang menjabat sebagai ratu, bisa saja ia bertingkah aneh bin ajaib seperti biasanya ketika bertingkah di hadapan Sara dan Julian. Karena jujur saja berteman dengan Nina sangat mengasyikan. Alana merasa seperti berteman dengan Rachel Green dalam serial Friends. Tapi Nina sama sekali tidak menyebalkan. Yah, ia akui kadang-kadang Nina bisa jadi sedikit ‘jalang’ saat sedang membicarakan sebuah gosip baru di istana dengan Alana. Tapi, Alana menyukainya. Mungkin, jika ia tidak sedang mengemban jabatan ini—sekali lagi—mereka berempat, Alana, Sara, Julian dan Nina mungkin bisa menjadi ‘jalang’ bersama-sama. Pasti akan seru sekali!

Tapi saat ini kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Jangankan menjadi ‘jalang’. Jadi gadis baik-baik saja sepertinya adalah hal yang sulit diraih saat ini. Aslan sedang terbaring di dalam ruangan. Pamannya meninggal terkena anak panah beracunnya. Akankah ia diadili setelah ini? Apakah rakyatnya akan menerima jika ratunya adalah seorang pembunuh? Ya tuhan, memikirkannya saja, Alana sudah tidak mampu. Ada darah ditangannya. Apakah ia akan menjadi ratu pertama yang akan mendekam di dasar Kraken’s Keep setelah ini? Apakah kepalanya akan dipenggal seperti Mary Stuart?

“Yang Mulia?” Suara Nina membuyarkan lamunan panjangnya. Gadis itu sedang menatap kosong punggung Cain yang sudah menuruni anak tangga saat gadis itu tersentak.

“Ya, Ni-na.” ia terbata. Menggosok-gosokkan telapak tangan ke wajahnya. Selalu seperti itu saat ia sedang tertekan.

“Aku yakin anda belum makan.” Ah ya! Salah satu yang disukai Alana dari Nina adalah ia selalu kedapatan membawa kudapan kemanapun. Kalau Nina datang, Alana tidak perlu khawatir akan kelaparan. Aslan juga sudah berpesan tadi kalau jangan makan atau minum apapun selain dari Nina.

Aduh sialan! Ia teringat.

Gadis itu tadi baru saja minum dari botol Cain, kan? Bagaimana aku bisa seceroboh itu? pikirnya. Tapi ia baik-baik saja sekarang. Itu artinya, tidak ada masalah, kan? Gadis itu pun segera melupakannya.

“Aku akan makan apapun yang kamu bawa, Nina.” ujarnya sambil melongok kedalam kotak makan mewah krem berlogo ‘O’ itu. Alana menyambar sebuah bungkusan daun pisang yang tampak seperti bacang kesukaanya. Lalu segera mengupas dan menggigitnya. Ia agak kecewa karena rupanya ini bukanlah bacang. Ia merasakan parutan kelapa dengan gula karamel di mulutnya. Ia tidak menyukai parutan kelapa ini.

“Apa ini, Nina?” gadis itu mengerenyit penasaran.

“Ini kue Eggconut.”

“Ini terlalu manis buatku,” sambil tetap mengunyahnya.

“Apa anda mau sesuatu yang lain, Yang Mulia?” Tawar Nina dengan mimik muka serius.

“Aku akan makan apapun yang kamu bawa, Nina. Ini enak, kok. Meskipun terlalu manis. Mungkin nanti aku akan memakan hidangan yang sudah disajikan oleh para koki. Kelihatannya lezat, sih.”

“Omong-omong, sepertinya Tuan Cain tampak sekali tertarik kepada anda.” Katanya tiba-tiba dengan sorot mata yang biasa ia pancarkan jika sedang akan menyampaikan sebuah gosip baru.

Lihat selengkapnya