Cain?
Pemuda periang itu dalam pandangan siapapun, tidak akan mungkin membahayakan siapapun. Sungguh sulit bagi Alana untuk mempercayai kalau Cain terdengar berbahaya seperti yang dikatakan oleh Aslan pada percakapan tadi pagi. Karena ia pikir, Cain adalah orang yang mudah sekali untuk diajak berteman. Sungguh mengherankan. Pasti juga ada sesuatu yang terjadi diantara mereka. Kini Alana berusaha untuk tidak menatap mata Cain secara langsung. Selain karena mata birunya yang terasa mengintimidasi, Alana masih harus meraba-raba di situasi ini.
Ah, terasa sangat canggung sekali rasanya. Ia sungguh tidak percaya bahwa ia harus berada di dalam Black Orchid bersama Cain dan mayat paman yang telah ia bunuh. Rasanya aneh sekali berada disituasi ini tanpa membawa apapun untuk mengalihkanmu dari rasa bosan maupun canggung. Mereka hendak lepas landas dari rumah sakit Kayu Manis yang ada di hutan Le Jardin de Paradise, tempat Alana menginap setelah kecelakaan di jalan tol itu, menuju ke Damai Hill yang ada di dekat Victory House.
Berulang kali Sang Ratu memaki dirinya sendiri karena telah meninggalkan ponselnya di toilet saat sedang menyikat gigi tadi pagi. Nina sedang tak bisa diganggu karena ia harus siap siaga di samping Mr. Avic untuk menyiapkan seremoni pemakaman itu. Kini Alana sedang terobsesi dengan kisah seru Lizzy Si Gadis Berkepang tiga yang dibacakan oleh Caitlin Chan. Si pendongeng yang sedang naik daun. Maksudnya, Alana masih belum mengerti kenapa Lizzy harus berkepang tiga? Apakah berkepang dua dapat membuatnya sekarat atau apa? Nah, saat ini adalah saat yang paling pas untuk menghibur dirimu dengan petualangan Lizzy di tengah suasana kelabu ini. Ia ingin kabur dari kenyataan barang sebentar saja.
“Anda mau satu, Yang Mulia?” Cain menawarkan sebungkus kecil kudapan yang berisi cokelat pahit. Namun Alana mengingat pesan Aslan yang tersimpan di otaknya dengan tanda seru. Peringatan Aslan terdengar begitu serius. Namun rasanya tidak masuk akal. Kalau Cain mau membunuhnya dan mendeklarasikan Eclipse Movement, ia bisa saja melakukannya pada detik ini juga. Tidak ada yang lain lagi selain mereka berdua disini. Para pengawal dan pelayan ada di sisi pesawat yang lain.
Cain melanjutkan, “Cokelat pahit katanya bisa membuat hormon endorfin kita melonjak. Sangat pas di suasana seperti ini.” dengan masih menyodorkan kudapan itu masih dengan tersenyum jenaka. Alana menggeleng.
“Aku sedang tidak bernafsu untuk makan apapun, Cain.”
“Baiklah.” Cain mengambil satu cokelat balok itu dan membuka bungkus aluminium foilnya. Lalu segera asik mengunyahnya dengan menatap Sang Ratu. Alana sedang menatap kearah lain sambil mengetuk-ketukan kakinya karena sedang gugup setengah mati. Apalagi setelan berbahan tweed ini semakin membuatnya gerah.
“Baru pertama kali menaiki Black Orchid, Yang Mulia?”
Gadis itu mengangguk, “Aku rasa, yang ini lebih besar dari Ghost Orchid,” Alana mengedarkan matanya ke seluruh interior ruangan yang berkarpet putih tulang dan krem itu. Aksen marmer membingkai jendelanya. Bunga anggrek ungu di seluruh sisi dinding mencuri pandangannya.
“Apa anda tahu mengapa aku ditempatkan di ruangan yang sama dengan anda sekarang?” pemuda itu bertanya riang dengan mata dan senyum yang akan membuat hatimu meleleh seperti cokelat pahit yang meleleh dimulut itu.
“Tidak, kalau dipikir-pikir, aku juga penasaran.” Gadis itu mengangkat pundaknya. Karena kamu adalah saudara Aslan, mungkin? Pikirnya.
“Anda pandai bermain catur?” ia tiba-tiba bertanya hal lain.
“Aku belum pernah bermain catur, Cain.” Jawabnya cepat.
“Ah, sayang sekali. Lalu sekolah-sekolah mereka mengajarkan olahraga apa disana?”
“Hmm… “ Alana mengedarkan matanya ke langit-langit pesawat itu. “berenang, mereka mengajariku berenang. Sepak bola, Basket, Soft Ball…”
“Pangeran Baldwin yang mengajariku bermain catur. Namun kurasa ia tidak lebih jago dari Aslan.” potongnya. “Jadi aku belajar darinya sejak memasuki usia remaja. Poinku di sekolah menjadi lumayan sejak Aslan yang mengajariku.”
Alana merasa Cain sengaja membuka obrolan ini. Ini adalah kesempatan untuk mengecek perkataaan pria yang ia cintai itu. Berusaha mencari informasi dari percakapan ini. Ia tidak bisa berprasangka hanya dari satu sumber saja. “Maaf, Cain, kalau begitu hubungan apa yang kamu miliki dengan Aslan? apa kamu sepupunya juga seperti Edith?”
“Aslan adalah saudara angkatku. Kami tidak akrab pada awalnya, namun ia membantuku melewati proses berduka dengan mengajariku bermain catur. Orang tuaku meninggal ketika aku baru sebelas tahun. Jadi, mungkin ini akan menjawab pertanyaanmu mengapa aku berada disini, satu ruangan denganmu.”
“Jadi, Pangeran Baldwin adalah ayah angkatmu?”
“Betul sekali, My Lady…”
Ia benar-benar merasa bersalah sekarang saat menatap mata biru laut yang indah itu. Ia bukan hanya membunuh bapak dari seorang anak, tapi dua! Sekarang ia malah jadi teringat perkataan Nina semalam, kalau Cain tertarik padanya. Bukan apa-apa, tapi, apakah Cain benar-benar tertarik padanya? Ia merasa harus melepaskan diri dari situasi tidak mengenakkan ini. Bagaimana bisa hidupnya sekarang terikat pada tiga laki-laki aneh oleh temali tak-kasat-mata bernama takdir ini? Yang pertama, Paman Baldwin, lalu Aslan, dan yang terakhir, Cain.
“Aslan belum pernah memberitahumu tentang hal ini?” wajahnya tampak begitu kecewa. Ia berpikir sebentar, lalu melanjutkan. “Apakah ia masih marah padaku? Aku pikir ia sudah menerimaku sebagai saudaranya.” Dahinya berkerut menahan pilu dan kesal.
Tapi, bukankah Aslan bilang… Cain yang salah paham padanya? gadis itu bertanya-tanya penasaran dalam hatinya. Bisa tidak, ia tidak usah terlibat dalam urusan persaudaraan ini? jabatan ratu saja sudah cukup membuatnya pusing setengah mati, apalagi ditambah urusan yang tidak memberinya keuntungan sama sekali seperti ini.
“Kalung itu, apa artinya?” Alana merujuk pada kalung yang Cain berikan saat melapor setelah kembali dari misi menangkap sisa anggota Eclipse Movement. Mencoba mengalihkan topik pembicaraan ini.
“Ada cerita dibalik kalung itu.”
“Ceritakan padaku,”
“Dulu orang tua kita adalah partner saat di ORIA.”
“ORIA? Ibu dan Bapakku adalah anggota ORIA?”
“Ya, orang tua anda, orang tuaku, dan orang tua Aslan. Mereka adalah anggota ORIA generasi pertama. Namun, ada satu perjanjian yang dibuat hanya oleh Pangeran Alexander dan ayahku.”