“Dan apakah kamu tahu, kalau perusahaan kecil pertambangan nikel itu adalah milik Ormovida, yang investor tunggalnya adalah Roseworth .Inc? Setelah informasi tentang Roseworth barusan, aku yakin pemuda cerdas sepertimu mengerti arah pembicaraan ini. Perusahaan itu tidak bangkrut, Adam. Pangeran Baldwin menutupnya dan sengaja meninggalkan keluargamu disini karena ayahmu berkhianat pada misi Pangeran Baldwin untuk membuka Brigadoon. Kamu pikir, penyebab kematian ayahmu adalah murni karena penyakit TBC?”
“Saya tidak tahu tentang itu.” jawabnya masih dengan mempertahankan sikap tenangnya. Mengira Aslan hanya sedang mencoba mengancamnya.
“Aku mau kamu memberitahuku apa yang Raja Sulaiman katakan padamu selain sepotong kalimat itu. Atau perlukah aku menyebutkan seluruh riwayat hidup ayahmu dan apa saja yang sudah ia lakukan saat bekerja dengan pria bertopeng porselen itu? dan mungkin juga…”
“Stop.” Aslan pun terhenti. “Anda bohong.” Kata Adam. Ia takut bahwa Aslan berkata jujur tentang ayahnya. Adam menerawang ke saat itu. Baru saja ia menyadari sesuatu. Ia pernah menemukan surat aneh yang belambang dua setengah lingkaran bergabung menjadi satu yang dihinggapi seekor burung berekor kawat diatasnya. Dan foto nya bersama pria asing tampan yang baru ia sadari sekarang bahwa ia adalah Pangeran Baldwin, pria tua bertopeng porselen separuh itu saat masih muda dan wajahnya belum rusak.
“Oh, kalau begitu, apakah aku perlu menunjukanmu bukti konkrit. Agar kita bisa saling berbagi informasi?”
“Saya tidak perlu semua itu.” entah Aslan bohong maupun tidak, Adam tidak siap mendengar apapun yang akan Aslan katakan tentang ayahnya. “Ringo mengatakan kalau ia akan menyusul John Lennon menuju rumah kekasihnya.” katanya pada akhirnya.
“Hanya itu?” Aslan menukikkan alisnya heran. Pernyataan itu selaras dengan Mr. Hasan Ubaidillah yang terakhir kali bilang setelah mengajukan pengunduran diri pada Alana, kalau akan pergi ke Edinburgh menemui kekasih yang tak sempat ia nikahi. Ia harus membuktikan bahwa Mr. Hasan Ubaidillah hidup sehat wal afiat bersama kekasihnya. Tidak dibunuh seperti kata Pangeran Baldwin waktu di balkon itu. Ia berharap perkataan ayahnya salah. Ia juga harus tahu, mengapa paman Hasan tidak melibatkannya sama sekali dalam masalah ini. Sungguh tidak masuk akal.
“Benar, Yang Mulia.” Adam mengangguk-angguk. Karena jawabannya sudah cukup memuaskan, Aslan hendak beranjak dari tempat itu untuk segera bersiap-siap menuju Edinburgh. Waktunya tidak banyak.
“Tunggu, aku ingin kembali bersamamu ke Ormovida.” katanya tiba-tiba. Ia tidak tahan lagi dengan perasaan rindu pada sosok kakek tua itu. Ia juga penasaran dengan kabarnya.
“Kamu harus melanjutkan pendidikanmu, kan?” jawab Aslan tak acuh sambil melihat ke arlojinya.