OSPEK

Afsheen Amelia
Chapter #2

OSPEK | 2

"Apa yang kamu lihat, semuanya berawal dari sini." —OSPEK

*****

"Bunda, Retta berangkat ya!" teriak seorang gadis yang tergesa-gesa keluar dari kamarnya sambil sibuk memakai sepatu sambil berlari keluar rumah.

"Ngga sarapan dulu, Nak?" teriak sang bunda dari arah dapur yang masih memegang gagang sodet dan celemek yang menggantung indah di tubuhnya.

"Ngga, Bun, Retta udah kesiangan!" sahut gadis bernama Retta yang kini berada di ambang pintu sambil membenarkan ikat rambut dan juga tag nama yang menggantung di leher jenjangnya.

"Assalamualaikum!" pamit Retta seraya menutup pintu hingga membuat dentuman keras karena ia terlalu kencang menariknya.

"Ngga anak ngga ibunya, kelakuannya sebelas dua belas, bikin pusing!" komentar seorang wanita tua di balik meja makan yang sedang menikmati sarapan saat melihat kepergian cucunya.

"Ibu bisa aja," sahut MaurenIbunda Retta.

"Untungnya pondasi rumah ini kuat kalau ngga ibu ngga bisa bayangin rumah ini runtuh karena suara menggelegar kalian," ujar wanita tua yang usianya kini sudah menginjak 70 tahun dengan rambut yang memutih semua.

"Punyak cucu suaranya udah kaya toa masjid komplek," tambah sang nenek sambil menggeleng tak habis pikir dengan tingkah cucu perempuannya.

"Ibu kan tau waktu aku hamil dia ngidam apaan," ujar Mauren sambil membawa ikan goreng ke meja makan.

Mauren menarik kursi meja makan saat ibunya berucap, "Ya untungnya hanya suaranya saja yang menurun darimu tidak dengan kelakuannya," omel sang nenek dengan gaya bicara wanita tua.

Mauren terkekeh geli. "Ibu benar, sikap dia lebih mirip dengan ayahnya." ucapnya mengingat bagaimana kelakuan putri kesayangannya itu.

*****

Elvaretta Puri, gadis berumur delapan belas tahun yang baru saja menyandang gelar sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas swasta ternama di daerah ibukota.

Pagi ini ia mengawali harinya dengan berjuang menggapai gerbang kampus. Walau dulu ia termasuk ke dalam murid dengan predikat lamban kini mungkin gelar itu akan terhapus dengan kejadian di pagi hari ini. Dengan modal nekat ia menerobos celah gerbang yang hampir tertutup rapat.

Retta terkekeh tak percaya dengan peluh yang sudah mebanjiri dirinya. "Hampir aja!" gumamnya ditengah-tengan napas yang tidak teratur.

"Heh! Mahasiswa sableng!" omel salah satu panitia ospek yang tadi bertugas menutup gerbang. "Kalo lo tadi kegencet gimana? Pagi-pagi udah mau bikin onar aja ya lo," tambahnya.

Retta yang masih terengah-engah menempelkan telapak tangannya memberi kode bahwa ia minta maaf. "Maaf kak, saya buru-buru tadi," ucap Retta dengan bahasa formal.

"Lang ada apaan?" tanya salah satu panitia yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Nih, mahasiswa baru pagi-pagi udah mau bikin rusuh aja,"tunjuk Galang pada Retta.

Retta mendengus tak percaya. Cowok yang ia ketahui bernama Galang dari name tagnya itu mendefinisikan tipe cowok menyebalkan. Enak saja Retta di cap sebagai mahasiswa rusuh. Apakah cowok itu tidak tahu bahwa Retta sedang menyelamatkan nyawanya dari sebuah status yang bernama hukuman.

"Yaudah lah biarin aja, masih hari pertama ini," ujar temannya Galang.

Retta tidak tahu siapa nama cowok itu karena ia tidak memakai tag nama hanya mengenakan jas almamater yang sama dengan Galang. Tapi dalam lubuk hati Retta, ia sungguh-sungguh berterima kasih pada cowok itu.

"Yaudah sana lo masuk barisan!" titah Galang pada Retta. Lalu tanpa aba-aba dan tanpa pamit gadis itu segera mengacir masuk ke dalam kampus.

"Wah, bocah gendeng! Bukannya bilang makasih malah main kabur aja." teriak Galang saat Retta sudah pergi jauh.

"Ngomel mulu lo! Ayo masuk, pak ketu udah mau buka acaranya." Galang mengangguk paham dan segera pergi menuju aula kampus.

*****

Retta masuk ke dalam barisan paling belakang yang sesuai dengan kelompoknya. Matanya menatap ke sekitar namun ia tidak menemukan seseorang yang ia cari. Nanti saja, pikirnya.

Acara pembuka sudah berjalan hampir 15 menit. Kini mahasiswa baru mulai ribut berbisik-bisik membicirakan seseorang yang sedang berbicara memberi sambutan kepada mahasiswa baru di depan sana.

Sejujurnya Retta tidak tahu siapa yang sedang dibicarakan gadis-gadis di sebelahnya ini. Mengingat Retta juga tidak kenal dan enggan bertanya kepada gadis di sebelahnya yang sedang heboh sendiri bersama temannya.

"Paling juga stok cowok ganteng di kampus ini," tebaknya dengan mudah sambil menopang kepalanya.

Lagipula apalagi yang bisa membuat seorang cewek histeris sendiri kalau bukan cowok ganteng.

"Haduhhhh dasar wanita negara +62," gumamnya. Padahal ia pun termasuk ke dalamnya.

Lihat selengkapnya