"Huaaammm! Minggu dengan pagi yang cerah!" teriakku senang.
Hari minggu, dimana para nolep people, berdiam diri hingga berkarat dirumah. Ada yang main game, dan ada yang marathon anime! Contohnya aku. Seraya melihat lihat ke arah kertas yang aku tulis nama nama anime didalamnya, sesekali sebelum marathon anime, aku keluar untuk berjemur.
"Huh, Indonesia tidak sedingin Jepang, yah?" keluhku
Rasanya aku sudah menghabiskan waktu lama untuk hanya berjemur di bawah sinar matahari. Aku yang selesai berjemur, langsung mandi, dan sarapan di kost ku. "Uhhh, segarnya!" ucapku senang. Kemudian apa yang harus aku lakukan?
Tentu, jawabannya Marathon Anime! Aku menyiapkan buku harian yang sudah aku tulis daftar anime yang belum aku tonton. Terutama anime bergenre action, fantasy, magic. Aku adalah seorang otaku yang kurang suka genre romence, drama, atau apalah itu yang membuat diriku bosan menontonnya.
"Hah? Anime ini ada romance-nya juga yh?" keluhku seraya mulai menonton anime tersebut di depan laptop.
Anime romance, bagiku sangat menjijikkan. Apalagi jika ada adegan 18+, nya! Jika saja aku seorang penulis naska anime, maka aku akan membuat anime yang benar benar action dan akan meledak sehebat hebatnya. Perbedaan keduanya sangat jauh, aku merasa konflik anime action lebih menarik dari genre romance. Tapi, anime ini rasanya memiliki alur dan konflik yang berbeda. Sedikit menarik, bagiku.
Tapi sesikit susah ditebak juga, seakan sengaja membuat para penonton penasara. Anime tersebut, bercerita dadi seorang pria yang lagir tanpa ayah dan ibu, tanpa energi sihir, menjadi hunian para iblis. Kemudian, aku kembali menonton episode demi
episode. Memang sudah ditebak, seorang wanita dari ras peri suci atau elf, yang tiba tiba jatuh cinta pada pria itu.
"Tidak! Apa tidak ada recomend lainnya? Ini hari minggu! Aku malah kehabisan daftar anime! Bosannya," teriakku frustasi.
"Oh, iya! Tabunganku, aku sudah punya tabungan cukup untuk pergi ke anime merchandise store! Aku akan membeli sesuatu disana" teriakku, yang langsung mengganti pakaian dan mengambil dompet.
Sudah menadi hobiku, menabung dam membeli barang yang bisa dibilang tidak bermanfaat. Bahkan, barang yang berharga 1 jutaan saja sanggup kitabung untuk membelinya. Tapi, aku tak sadar, kalau mungkin tindakan ini ada salahnya. Seminggu sekali, seorang otaku nolep ini, keluar rumah sesekali.
"Oi, bawang! Tumben aku melihatmu keluar rumah? Bukannya hari ini jadwalmu ngenolep bareng husband 2D mu?" teriak seorang gadis br*ngs*k, meledekku.
Bukan kebiasaanku meladeni dan mengajak ribut orang seperti dia. Mengomentari hidup orang, yang bukan haknya untuk mengaturnya. Aku hanya melanjutkan langkahku, dan menambah kecepatan, menuju toko anime terdekat. Perempuan itu terus mengikutiku dengan sengaja. Dengan kesombongannya yang membawa kekuatan harta keluarganya itu, seenaknya ia kencegah orang yang memiliki hak sama dengannya untuk berjalan ke suatu tempat.