Aku menulis ini bukan karena tak ingin melupakan masa lalu. Ini hanyalah pengingat pada dosaku, tentang hal yang sudah membuatku kehilangan istriku di saat hanya dialah yang aku punya saat itu. Kita sudah pernah melewati semuanya bersama, aku berterima kasih atas 5 tahun yang telah kita lalui bersama. Kita mungkin tak memiliki anak seperti pasangan lain pada umumnya. Kita patah, tumbuh, jatuh, bangkit, luka, sembuh, selayaknya sepasang bintang di angkasa yang mengisi langit di kala malam. Selayaknya namamu, Rina, kau selalu riang menantikan kepulanganku. Di meja makan kita bergembira, menghiburku dari lelahnya pekerjaan.
Saat bertemu denganmu dulu, aku sadar aku bukanlah siapa-siapa. Tidak seperti dirimu yang sudah di atas mimpi. Sejengkalpun aku belum menjangkau apa yang ku angankan. Bagaimana bisa aku mendekati seorang yang indah sepertimu, kau seorang pemilik rumah garment ternama, sementara aku hanyalah kasir mini market biasa. Meski begitu aku tak mau kehilangan kesempatanku dan memutuskan untuk mengobrol denganmu. Saat itulah aku sadar kalau kau lah satu-satunya. Kita berbincang sejenak hingga tanpa sadar antriankasir sudah membludak. Kau pergi melayangkan senyuman indah, hingga duniaku yang pernah terhenti mulai bergerak kembali.
Kadang aku selalu bertanya, apakah hidup sebercanda ini. Jatuh cinta pada seorang yang mustahil kumiliki. Dengan bermodalkan kontak hp mu, aku mengetik pesan yang tak pernah kukirim. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku dan melanjutkan hidup. Bermodalkan uang tabungan, aku mendaftar kuliah di sebuah universitas swasta. Awalnya tabungan ini kusiapkan untuk bekalku dalam merintis usaha, tapi aku yakin seorang sepertimu akan lebih tertarik pada lelaki yang pintar dibandingkan yang kaya.
Mendaftar ke kelas karyawan lalu mengirimkan lamaran kerjaku ke sebuah perusahaan multinasional. Meski itu hanyalah buruh pabrik biasa, paling tidak itu bisa mengenyangkan perutku dan membayarkan uang kuliah tiap semesternya.
Banyak mimpi yang digantung di atas langit, ada yang terbit bersama fajar, adapula yang hilang ditelan malam. Saat bintang bertabur dilangit, akan terlihat sepasang bintang kembar yang selalu muncul setiap harinya. Disitulah aku menggantungkan mimpiku, selama 4 tahun penantian tanpa berkirim pesan. Aku tahu aku pecundang, tapi aku tak ingin datang kepadamu dengan keadaan tak dipandang. Karena yang aku inginkan saat mengetuk pintumu nanti, kau menyambutku dengan orang tuamu, berjanji suci dihadapan saksi.
Waktu yang panjang itu berlalu, sebagai orang yang bergelar dan berdedikasi pada perusahaan. Aku berhasil ada di bagian kantor dan bukan buruh pabrik lagi. Sejujurnya aku ingin kaulah yang hadir dalam wisudaku. Namun sudah menjadi konsekuensi bagiku karena tak mampu mengkontakmu bertahun-tahun lalu. Kini kuharap kau membalas pesan yang kutulis 4 tahun silam, dengan harapan yang kecil itu. Semesta kembali bekerja.