OTHER HALF OF ME

Bentang Pustaka
Chapter #3

TIGA

Arkha melepas kedua sepatunya dan ganti memakai sandal rumah, sebelum melewati lantai marmer ruang tamu menuju ruang tengah. Dahinya sedikit berkerut saat melihat Papa duduk menghadap TV. Mengurungkan niat untuk ke kamarnya di lantai dua, dia memilih duduk di sofa.

“Hei, Pap. Tumben udah di rumah?” Arkha meraup kacang goreng dari stoples di pangkuan Papa.

“Nggak lihat jam, Boy?” Papa melirik sekilas ke penampilan putra tunggalnya itu. “Kamu dari balap, ya?”

Arkha menyeringai polos. “Cuma nonton kok, Pap. Nggak ikut.”

Papa menatap Arkha kesal. “Kurang ya, kecelakaan kemarin? Mau nambah sampai nggak cuma lutut, tapi otak kamu cedera sekalian?”

“Pap ….”

“Nggak, Arkharega,” Papa berkata tegas. “Sekali lagi kamu balap, motor kamu beneran Papa tarik.”

Arkha melipat kakinya ke sofa. “Oke,” jawabnya, menyerah. “Terus, kenapa Papa udah pulang jam segini? Biasanya, kan, pulang pas subuh. Saingan sama artis sinetron striping.”

“Atau petugas ronda selesai tugas.” Papa mengacak rambut Arkha. “Kamu baru mau mulai sembuh, Boy.”

Arkha menggerak-gerakkan kakinya. “Santai, Pap. Lututnya udah nggak sakit, kok.”

“Udah nggak sakit atau kamu paksa.” Papa masih tampak tidak senang.

“Nggak sakit,” Arkha menegaskan. “Jadi, Papa kenapa udah di rumah jam segini?”

“Lagi kangen sama kamu,” jawab Papa asal.

Arkha menyeringai kecil. “I love you, too, kok Pap.”

“I love you most, Boy,” balas Papa. “Ngomong-ngomong, tadi Mbak Nit ngasih surat dari kampus kamu.”

“Pasti KHS,” Arkha menjawab santai. “Bagus, ya, nilainya?”

Lihat selengkapnya