“Kenapa Ibu tidak mengizinkan aku untuk pergi ke Seoul?”, seorang gadis bertanya pada Ibunya dengan nada marah.
“Ibu bukannya tidak mengizinkanmu Nak. Tapi kau belum pernah kesana sendirian dan Ibu pun tidak bisa mengantarmu”, jawab Ibunya dengan nada yang lembut agar tidak menyakiti hati sang anak.
“Bu, aku kesana untuk menemui temanku. Aku bisa menjaga diriku sendiri”, ucap gadis itu meyakinkan Ibunya.
Jiyeol, Kim Jiyeol. Gadis cantik berusia 20 tahun. Sifatnya yang keras kepala membuat Ia terkadang tidak menuruti apa perkataan Ibunya sendiri. Ia tidak mau dianggap remeh oleh siapapun. Jiyeol merasa bahwa dirinya sudah dewasa dan bisa mengurus dirinya sendiri. Namun Ibunya tetap pada pendiriannya, tidak membolehkan anak Sulungnya itu pergi ke Seoul sendirian tanpa pengawasan darinya.
“Ibu selalu saja seperti itu, menganggapku hanya anak kecil yang belum tahu apa-apa”, Jiyeol merasa kecewa pada Ibunya.
“Kak, bukan maksud Ibu seperti itu, Ibu hanya khawatir”, bela anak bungsunya agar Kakaknya itu dapat mengerti.
Hara, Kim Hara. Adik Jiyeol satu-satunya yang berbeda usia 2 tahun. Sifat Hara sangat berbeda dengan Jiyeol. Hara adalah tipe anak yang selalu menuruti apa perkataan Orangtuanya. Hara juga selalu menjadi penengah ketika Jiyeol dan Ibunya berdebat. Hara juga selalu menceritakan apapun kepada Ibu dan Kakaknya. Berbeda dengan Jiyeol yang mempunyai sifat tertutup. Seperti saat ini, Jiyeol hanya bicara pada Ibunya ingin menemui temannya di Seoul tapi Ia tidak menceritakan secara detail ingin bertemu dengan siapa dan dimana. Itulah alasan Ibu Jiyeol tidak mengizinkan Jiyeol pergi.
Tapi kedua bersaudara itu memiliki persamaan, mereka akan mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan yang baru. Dan mereka selalu memberikan keceriaan dimanapun mereka berada.
“Ah sudahlah. Ibu memang tidak pernah mengerti aku”, Jiyeol merasa sangat kecewa pada Ibunya. Ia pun berlari ke lantai atas menuju kamarnya tapi sesuatu terjadi. Ia terpeleset dari anak tangga. Kepalanya terbentur lantai, darah segar mengalir dari kepala belakangnya.
Ibu dan Hara yang melihat hal itu, langsung menghampiri Jiyeol yang sudah tidak berdaya.
*****
Duk.. Duk.. Duk.. Bunyi dentuman bola basket dilapangan masih bergema malam ini. Empat orang laki-laki masih asyik melempar-lempar bola basket ke dalam ring, sesekali bersenda gurau satu sama lain, mengumpat karena merasa dicurangi, melempar bola dengan asal. Empat orang ini memang hobi sekali dengan bola basket, hampir setiap malam hari lapangan basket ini selalu menemani mereka bermain. Walau terkadang hanya menjadi tempat untuk berkumpul saja melepas penat setelah seharian berjibaku dengan mata kuliah yang tiada habisnya.
Jung Yunho. Laki-laki tinggi, berparas tampan. Ahli soal taekwondo tapi tidak ahli dalam urusan wanita. Banyak gadis-gadis dikampusnya yang ingin dekat dengannya, namun Yunho selalu menjaga jarak. Dia selalu berkata, “Aku hanya ingin fokus dengan kuliahku”, begitulah katanya.
Kim Jaejoong. Laki-laki berkulit putih, yang selalu tahu dan peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi ketiga sahabatnya itu. Ia juga selalu bisa diandalkan dalam mencari solusi untuk setiap masalah-masalah yang ada.
Shim Changmin. Laki-laki tertinggi yang dapat diandalkan dalam tugas-tugas kuliah. Ia sangat pandai dalam hal belajar dan selalu tepat waktu untuk menyelesaikannya. Ia juga selalu memberikan motivasi dan dukungan agar ketiga sahabatnya itu tidak malas dalam kuliah.
Kim Junsu. Julukannya adalah si tubuh gempal karena Ia yang paling pendek dan memiliki tubuh sedikit gembul.
"hosh.. hosh.. Aku lelah”, Yunho mengambil botol air lalu menenggaknya dengan kasar.
“Payah”, umpat Junsu lalu duduk dilapangan masih memegang bola basket.
“Mau sampai kapan kita disini Su? Sampai kau bisa mengalahkan mereka?”, Jae meledek Junsu dengan senyuman tipis diwajahnya.
“hahaha.. kita memang tidak terkalahkan”, Changmin menepuk pundak Yunho dengan bangga.
Yunho pun membalasnya dengan highfive lalu mengambil tas punggungnya. “Aku harus segera pulang. Sampai bertemu besok”, Yunho lalu bergegas pergi ketika melihat jam di handphonenya sudah menunjukkan pukul 7 malam. Jae, Changmin dan Junsu pun juga bergegas meninggalkan lapangan basket.
*****
Yunho bersenandung riang didalam mobil ketika menuju rumahnya. Pasalnya, hari ini Ibunya berjanji akan membuatkan makanan kesukaannya yaitu Jajangmyeon. Tapi ketika Ia sampai di depan rumahnya, Ia melihat ada seorang gadis sebaya dengannya tampak mondar mandir. Yunho memberhentikan mobilnya tepat didepan pagar rumahnya, lalu turun dari mobil.
“Permisi, kau siapa dan ada perlu apa didepan rumahku?”, Tanya Yunho. Gadis ini hanya memakai kaos pink lengan panjang dan juga celana selutut. Gadis itu hanya melihat Yunho dari atas sampai bawah tanpa menjawab. “Ya! Aku bertanya padamu”. Tegur Yunho lagi dengan nada suara agak tinggi.
“ah maaf sebelumnya jika aku menganggu. Sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa aku disini”, gadis itu tertunduk.
“Apa kau tersesat?”, Yunho merasa aneh. ‘sudah sebesar ini masa tersesat dan tidak tau jalan pulang’, batin Yunho.
Gadis itu hanya menggelengkan kepala nya tanda Ia tidak tahu, lalu dengan ragu-ragu Ia bertanya pada Yunho masih terlihat bingung.
“maaf, kalau aku boleh tahu ini dimana?”.
“Gwangjin-gu Seoul. Kenapa memang? Apa kau tinggal disekitar sini juga?”, Yunho balik bertanya. Tetapi gadis itu menutup mulutnya dan memasang raut wajah terkejut.
“Kenapa? Kenapa kau seperti itu?”, Yunho terlihat takut melihat reaksi gadis itu.
“Aaaaaaa……”, gadis itu berteriak histeris. Wajahnya memancarkan kegemberiaan.
“Ya! jangan berteriak seperti itu”, pinta Yunho. Yunho takut jika orang mengira dia melakukan hal yang aneh-aneh pada gadis ini.
Gadis itu pun menceritakan kepada Yunho dengan wajah murung, bahwa Ia ingin ke Seoul tapi Ibunya tidak mengizinkannya. Dan Ia juga berkata bahwa ketika Ia bangun, Ia sudah berada didepan rumah Yunho.