Maura berjalan ke arah kantin meninggalkan Irwan yang ada dibelakang, gadis kuncir itu, melewati beberapa lorong kelas untuk sampai ke kantin, Irwan berlari agar bisa bareng ke kantin bersamanya.
Ketika Maura sampai dikantin, Maura melihat temannya Dian yang sedang duduk, melambaikan kedua tangannya ke arah mereka. Terlihat dari wajahnya tampak kesal kepada Maura, karena gadis kuncir itu, membuatnya menunggu terlalu lama.
“Ini Ra, baso Pak Min loe, untung belum dingin!" Dia memberikan mangkok baso ke Maura. "Loe lama banget sih ambil dompetnya, emang loe taruh mana sih?” tanya Dian cemberut.
“Wah makasih banget Yan, sudah dipesenin,” Maura mengaduk mangkuk basonya. “Perasaan gue belum nitip ke loe dah!” heran Maura.
“Lah, sebelum istirahat loe bilang ke gue, kalo mau makan baso.” Menepuk pundak Maura. “Ehh... , loe belum jawab pertanyaan gue, tadi loe kenapa lama banget, ambil dompet?” tanya Dian.
“Gimana nggak mau lama Yan, orang ngobrol dulu dikelas sama si Rama," sindir Irwan. "Untung ini istirahat kedua jadi waktu istirahat agak lama,” ujar Irwan.
“Ehh! kok bisa Ra," heran Dian. "Loe ngomong sama Rama, dia__kan kayanya anak yang sombong gitu, nggak sih?” tanya Dian.