Our Dreams Together

Emma N.N
Chapter #5

Dia agak special!

Maura Mengintip lewat jendela ruang guru, ternyata Bu Emma sedang membereskan buku di meja kantornya untuk siap-siap pulang.

“Tok, tok...” gadis kuncir itu mengetuk pintu, “permisi Bu,” izin Maura.

“Ehh... , Maura ada apa ya?” tanya Bu Emma.

“Ini Bu... , aku mau kasih nama kelompok yang Ibu suruh tadi,” jelas Maura sambil memberikan kertas kepada Bu Emma.

“Oh makasih Ra, Sebentar ya Ibu lihat dulu, kamu ambil kursi itu aja buat duduk,” saran Bu Emma sambil menujuk kursi.

Maura mengambil kursi dan langsung duduk didepan Bu Emma sambil melihat-lihat ruang guru.

“Bu Emma ruang Guru kok sepi banget ya,” ujar Maura sambil celingak celinguk, “guru-gurunya sudah pada balik ya?” tanya Maura, bermaksud membuat pembicaraan.

“Kamu gimana sih Ra! sekarang kan sudah jam setengah 5 lewat, ya guru-guru sudah banyak yang pulang,” jawab Bu Emma sambil tersenyum.

“Oh iya ya Bu, he...he,” sambung Maura.

“Maura Ibu boleh minta tolong nggak, sama kamu?” tanya Bu Emma.

“Minta tolong apa Bu,” balas Maura.

"Jadi begini Ra... , kamu kan sekertaris di kelas. Ibu minta tolong sama kamu, bantuin Rama kalau dia lagi kesusahan,” Sambil memegang tangan Maura, “Soalnya kamu tahu sendiri, Rama agak spesial di banding kalian, terutama disaat pelajaran animasi," pinta Bu Emma.

“Emang kenapa Bu di pelajaran animasi, kayaknya dia lebih jago dari pada aku deh Bu?" tanya Maura kepada Bu Emma.

"Nggak... , gini loh Maura. Pelajaran animasi kan, kita akan ke lab komputer sekolah. Dan lab komputer sekolah agak tinggi dari kelas kita, sekitar 80 cm tingginya. Ibu takutnya Rama kesusahan, ketika dia mau naik dan turun tangga karena memakai kursi roda," jelas Bu Emma. Kamu bisa bantu dia kan Ra?” tanya Bu Emma.

“Ya Bu... , Maura sama anak-anak dikelas akan bantuin Rama kok,” Balas Maura dengan tersenyum.

“Baguslah," lega Bu Emma. "Oh-ya, Rama juga sifatnya agak pemalu dan canggung, jadi Ibu harap kamu maklumi dia ya. Dan kalau bisa, kamu jadi teman atau sahabat dekat bagi Rama, ya Ra!” ucap Bu Emma sambil tersenyum kepada Maura.

“Ya Bu, tenang aja. Oh-ya!, kemarin saya habis ngobrol sama dia, tahu nggak Bu, ternyata Rama gambarnya bagus banget loh Bu,” ungkap Maura dengan antusias.

“Ooohh ya! kamu ngobrol apa saja sama Rama?” tanya Bu Emma”.

Maura pun menceritakan obrolan dia dengan Rama. Karena keasyikan mengobrol dengan Bu Emma. Maura melupakan teman-temannya yang menunggu dia di kantin. Sepertinya Dian dan Irwan marah nih, karena Maura tidak kunjung ke kantin.

“Yan... , coba loe intip dulu di ruang guru rame nggak, sama ada Maura ada nggak,” tanya Irwan.

“Ya gue lihat dulu.” Jawab Dian sambil mengitip ke ruang guru lewat pintu.

“Ruang guru kosong Wan, cuma ada Bu Emma sama Pak Rio doang, Maura lagi ngobrol tuh sama Bu Emma, Masuk yuk!” terang Dian.

“Kreeek... ,” mereka membuka pintu.

“Permisi Bu... ,” sapa mereka.

“Ehh..., Irwan dan Dian ayo masuk! ada perlu apa ya?” tanya Bu Emma.

“Nggak Bu, kita lagi cariin si SIANIDA. Eh... , ternyata lagi ngobrol sama Ibu,” ungkap Irwan sambil mendekati Maura dan Bu Emma.

“Maura... , kok loe nggak baca whatsapp kita sih, kita tuh nungguin loe dari tadi, sampai baso Pak Min tutup tahu,” tegur Dian dengan raut wajah kesal.

“Ya ampun... , maaf gue lupa keasyikan ngobrol sama Bu Emma, emang sekarang jam berapa sih,” celingak celinguk mencari jam dinding. “Tadi hpnya aku matiin,” ungkap Maura.

Lihat selengkapnya