Waktu sangat cepat berlalu tidak terasa sudah hari jum’at dan tugas kelompok masih belum kelar. Mereka memutuskan untuk kerja kelompok di rumah Maura, mereka membawa laptop untuk mengerjakan tugas tersebut.
“Ehh... , kita jadi kan ngerjain tugas kelompok dirumah gue," tanya Maura.
“Yah sorry deh, gue nggak bisa lagi ada event dota, ada item game yang gue incer," jawab Gerry.
“Yah... , gue juga nggak bisa Ra, takut kemalaman gue," jawab Risa.
“Huft... , Terserah kalian deh,” Maura menghela nafas, "Berarti kita berempat aja kan ya, Rama bisa kan ke rumah gue?" tanya Maura.
“Bisa kok," ucap Rama
“Kalau Irwan sama Dian bisa kan kerumah gue," tanya Maura.
“Bisa dong... ,” sahut mereka berdua.
“Kring...kring,” handphone Rama berdering.
“Klik...." Menerima panggilan handphone.
"Assalamualaikum Mah, ada apa ya Mah?," tanya Rama.
“Waalaikumsalam, Rama sayang, maaf ya. Mama nggak bisa nganterin kamu ke rumah Maura, Mama masih ditempat kakek, kakek lagi nggak enak badan. Kamu naik taksi online aja bisa nggak sayang, nanti minta tolong sama Maura, Irwan juga Dian untuk bantu kamu,” bicara Mama.
“Kakek kenapa mah, baik-baik aja kan mah," cemas Rama, "Ya mah, gampang kok, nanti naik taksi online aja sama yang lain Mah,” sambung Rama.
“Kakek nggak apa-apa kok sayang," Mama menenangkan dia, "Ohh! syukurlah,” menghela napas, “kalau gitu Mama titip salam ya sama teman-temanmu, kalau mau balik Mama jemput kamu ya, sudah dulu ya sayang” bicara Mamanya
“Iya mah, assalamualaikum,” sambung Rama.
“Waalaikumussalam,” balas Mama.
“Bip....” Rama mematikan panggilan telpon.
“Temen-temen maaf ya... , Mama nggak bisa nganter kita, kalau kita naik grab aja gimana?" tanya Rama.
“Nggak apa-apa kok, ehhmm...ehm.” Dia berpikir, “gimana kalau loe ikut kita naik busway aja!” memegang bahu Rama, “loe belum pernah naik busway kan? lagi pula halte busway nggak terlalu jauh dari sini," ajak Maura.
“Tu-nggu Ra!" kaget Dian, “Rama kan nggak biasa naik busway Ra, jangan yang aneh-aneh deh Ra," ucap Dian.
“Emang kenapa Dian? kalau dia belum pernah naik busway kan bagus sekalian jadi pengalaman pertama Rama,” sahut Irwan.
“Ya bener... ,” mengangguk-angguk kepalanya. “Gimana Rama kita nggak maksa kamu kok, kalau tidak mau juga nggak apa-apa?" tanya Maura.
“Aku sih dari dulu pengen nyoba naik busway, kalau kalian nggak keberatan bantu aku sih, aku mau banget!” jawab Rama.
“Yess... , ayo kita naik busway," ajak Maura.
“Terserah kalian deh,” mengadah kedua tangan, “yuk kita jalan sekarang," ucap Dian.
Maura mendorong kursi rodanya menuju halte busway. Selama berjalan menuju halte kami berempat mengobrol seru, kami sampai di halte busway, beruntung halte tidak terlalu ramai jadi ada tempat duduk kosong untuk mereka.

“ Huft... , Sayang ya, di halte ini nggak ada fasilitas untuk disabilitasnya," keluh Rama.
“Emang halte disabilitas bedanya dimana ya?" tanya Maura.
“Yah beda banget sih, seperti ada Guiding Block disepanjang halte untuk membantu kami khususnya tuna netra. Dan kalau tuna daksa seperti aku, sangat membutuhkan ramp dan handling untuk mobilitas kami serta space pada halte bus untuk kursi rodaku ini," terang Rama.
“Oh begitu ya, makasih ya kita jadi tambah ilmu nih," ucap Maura.
Busway tiba dan mereka naik tetapi Rama susah untuk menaiki Busway. Di karenakan tidak ada ramp pada bis untuk mempermudahnya, akhirnya Irwan dibantu petugas juga yang lain membantu mengangkat Rama dan kursi rodanya untuk masuk ke dalam Busway, sedangkan penumpang bus yang lain hanya menonton dan berbisik dengan temannya.

Setelah masuk ke dalam bus. Petugas dengan tangkas memasang seatbelt pada sandaran khusus disabilitas dan mengunci kursi rodanya, agar tidak membuat kursi rodanya bergerak, ketika bus berjalan.
Mereka pun turun dari bus dan berjalan ke rumah Maura, sesampainya di rumah Maura, Mamanya Maura yaitu Tante Mia menyambut mereka.