Dua hari kemudian, Bu Emma dan semua murid telah berada dilab komputer bersama Bu Emma, untuk memulai pelajaran.
“Pagi anak-anak,” sapa bu Emma berjalan ke meja guru dilab.
“Gimana tugasnya lancar?” meletakan tas dikursi, "Ibu nggak sabar nih buat lihat hasil akhir animasi kalian?" tanya bu Emma.
“Yah... , gitu deh bu,” jawab Yanuar.
“Gitu gimana Yanuar!" Bu Emma heran, “Gini aja satu jam ini, Ibu minta kelompok kalian maju ke depan membicarakan progressnya," perintah Bu Emma.
“Baik bu,"ucap semuanya.
Semua kelompok maju dan mempersentasikan progressnya masing-masing secara bergantian dan tiba saatnya kelompok Yanuar yang terakhir maju membicarakan progressnya. Setelah mendengar kelompok Yanuar berbicara mengenai progressnya, Bu Emma marah dan kecewa kepada kelompok Yanuar karena semua asset dari background dan karakter lalu objek dia yang mengerjakan semua, bahkan nama studionya Yanuar juga yang memikirkannya, anggota kelompok yang lain tidak membantu sama sekali. Bu guru meminta kepada kelompok Yanuar agar saling membantu dan tidak mengandalkan Yanuar sebagai ketua.
“Huft... ,” Menghela nafas Bu Emma. “Anak-anak disini Ibu sangat kecewa dengan satu kelompok yang terlalu mengandalkan ketuanya untuk mengerjakan semua tugas, padahal ini tugas kelompok bukan tugas pribadi," tegur bu Emma.
“Kami minta maaf bu,” sambung kelompoknya Yanuar.
“Anak–anak Ibu minta kalian kan mengerjakan tugas kelompok bersama-sama!” Bicara dengan nada yang agak tinggi. “Buat apa kalian membuat asset yang bagus banget tapi hanya satu orang yang di PERBUDAKIN mengerjakannya. Anggota yang lain pada kemana? TIDUR!" marah Bu Emma. Terus nanti dapat nilai gitu, ENAK BANGET !" sindir Bu guru sambil menahan amarahnya. "Ibu tuh lebih senang kalian membuat asset jelek tapi dikerjakan bersama-sama dari pada bagus tapi dikerjainnya sendiri, karena itu merupakan proses pembelajaran, bukankah Ibu selalu bilang animasi itu tidak bisa dikerjakan sendiri,” tegas Bu Maura.
“Ya ampun, Bu Emma kalau lagi marah serem banget,” bisik Maura.
“Hustt... , diam Ra," tegur Irwan.
“Gini aja deh, untuk kelompoknya Yanuar, Ibu minta kalian ganti nama studio kalian agar sama-sama memikirkannya, dan setelah selesai langsung lanjut ke animasinya, kalau Ibu perintahkan buat lagi assetnya dari awal, bisa-bisa makan banyak waktu," tegas Bu Emma.
“Baik bu,” ucap kelompoknya Yanuar sambil menundukan kepalanya.
Setelah itu murid-murid melanjutkan tugasnya, kali ini Bu Emma mengawasi dan memberikan arahan untuk kelompok Yanuar sampai pelajarannya di lab selesai.
“Anak-anak hari ini pelajaran selesai. Ibu minta kejadian hari ini tidak ada lagi, dan jika ada anggota kelompok kalian tidak membantu sama sekali, namanya tidak usah ditulis,” tegas bu Emma.
“Ya bu," jawab semuanya.
“Senin besok deadlinenya ya," senyum kecut Bu Emma. "Ibu minta kalian persentasikan hasil kerja kalian dan sudah kelar menjadi film animasi dari bumper, Opening sampai animasinya lalu Credit Title. Kalau begitu kalian bisa pulang, hati-hati dijalan," ucap bu Emma.
Bu Emma langsung keluar dari lab komputer dan anak-anak pun langsung mengemasi barang-barang setelah itu pulang.
Hari jum’at pun datang dan semua kelompok belum selesai tugasnya. Ada beberapa kelompok memutuskan untuk ngerjain tugas kelompoknya bersama dirumah salah satu kelompoknya. Dan ada juga yang mengerjakan sendiri-sendiri tugas kelompok lalu di kirim lewat email.
“Ehh... , gimana nih tugas kelompok kita, sudah pada selesai belum?" tanya Maura.
“Belum sih," jawab semua anggota kelompok kami.
“Terus mau gimana, mengerjakan dirumah masing-masing atau belajar bersama dirumah gue atau yang lain?" tanya Maura.
“Gue mengerjakan Shot animasinya dirumah gue aja, nanti tugasnya pada dikirim lewat email gue ya, biar nanti gue yang edit dan gabungin," ujar Risa.
“Gue juga Ra, mengerjakan Shot animasinya dirumah aja," sambung Gerry.
“Lah terus kan kita belum buat Bumper sama Credit Title, gimana tuh?" tanya Maura.
“Ya sudah nanti gue aja yang buat bumpernya, teks awalnya hilang di opacity terus muncul teksnya. lalu Backgroundnya hitam aja tapi Credit Title yang lain ya, jangan gue," jawab Risa.
“Ya sudah lah terserah kalian aja,” ketus Maura.
“Oke Ra gue balik pulang ya," ujar Gerry.
“Sama Ra, gue juga balik ya," sambung Risa
Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan mereka berempat. Rama, Maura, Irwan, dan Dian memutuskan untuk mengerjakan tugas kelompok bersama.
“Iiikhhh... , BETE banget gue sama mereka berdua, bukannya mengerjakan sama-sama malah pada balik ngerjain di rumah, buat bikin kelompok solid kok susah banget sih,” Maura kesal dan menggaruk kedua kepalanya. “Kita berempat mengerjakan dirumah gue aja yuk,” ajak Maura.
“Mohon bersabar, ini ujian,” goda Irwan.
“Hahha...haha,” ketawa Maura, “akhh... , loe bikin gue ketawa aja Bakwan! ya sudah kalau gitu kita jadi kan mengerjakan tugasnya di rumah gue atau mau dirumah yang lain?" tanya Maura.
“Ehmmm... , Ra kalau di rumah aku gimana?" usul Rama.
“Beneran Rama, nggak apa-apa nih ke rumah loe, gue sih nggak keberatan tapi yang lain mau nggak?" tanya Maura.
“Kalau gue sih nggak apa-apa kalau dirumah Rama," jawab Irwan.
“Gue juga kok," sambung Dian.
Akhirnya mereka memutuskan belajar bersama dirumahnya Rama. Mereka berempat berjalan ke gerbang sekolah untuk menunggu Mamanya Rama. Akhirnya Mamanya datang dan turun dari mobilnya, menghampiri mereka berempat.
“Mama hari ini kita boleh nggak, belajar kelompok dirumah?" tanya Rama.
“Boleh dong sayang, tapi kenapa nggak bilang dari kemarin, Mama kan belum siapin apa-apa buat kalian," jawab Mamanya Rama.
“Nggak usah repot-repot Tante, nanti malah ngerepotin Tante," sambung Maura.
“Nggak ngerepotin kok, sudah yuk, kita langsung masuk ke mobil, biar cepat sampai ke rumah," ajak Mamanya Rama.
Mereka pun langsung masuk ke mobil. Akhirnya mereka sampai ke rumahnya Rama. Mereka bertiga terlihat tampak kaget dengan rumahnya Rama yang dari luar terlihat sebuah pagar besar yang membatasi rumahnya Rama, telihat pak satpam sedang membuka pagar rumahnya dan terdapat pekarangan rumah yang luas dan ketika mereka akan masuk, mereka melihat sebuah anak tangga untuk masuk ke rumah Rama. Tetapi mereka juga lihat, di bagian samping terdapat sebuah Ramp yang terlihat pada permukaan lantainya tidak licin dan di lengkapi handle di kiri dan kanan, lalu juga sudut kemiringan yang di buat tidak terlalu curam dan itu semua agar mempermudah Rama, mereka bertiga berpikir orang tua Rama sangat memperhatikan segala kebutuhan Rama.
Kemudian Mamanya Rama, membuka pintu rumahnya dan menyuruh mereka bertiga masuk ke rumahnya.
Ayo anak-anak silahkan masuk ya.” Ajak Mamanya sambil mempersilahkan mereka masuk ke rumah. “Rama kamu mau belajar di ruang tamu atau di kamar aja?" tanya Mamanya Rama.
“Ehmm... , dikamar aja Mah, aku sama temen-temen ke kamar dulu ya Mah," Jawab Rama.