Setelah selesai ujian, mereka jadi pulang cepat dan mereka berempat pergi ke kantin untuk makan siang bersama, Maura dan Dian pergi untuk memesan makanan sementara Rama dan Irwan menjaga tempat duduk di kantin karena sedang ramai.
“Rama komik kalian sudah sampai mana?" tanya Irwan.
“Ohh... , Kita sudah sampai 10 panel," jawab Rama.
“Gimana ngerjain komik sama Maura, suka nggak?" tanya Irwan.
“Maksudnya!” binggung Rama.
“Ya, maksud gue, si Maura buat loe susah nggak, dia kan kadang-kadang childish, terus keras kepala,” jelas Irwan.
“Ohh, enak kok ngerjain komik berduaan dengan dia, tapi Maura kadang-kadang panikan banget, sama ceroboh aku kadang-kadang gemes sama sifatnya," ucap Rama.
“Berduaan!" gumam dalam hati pemuda jangkung itu, merasa cemburu, "gitu ya... , emang panikan sama ceroboh kaya gimana Ram?" tanya Irwan.
“Yah... , misalnya kita lagi serius mengerjakan komik, tiba-tiba dia bilang, kita bisa kelar nggak ya! ngomong itu melulu satu hari bisa sampe tiga kali dia ngomong kaya gitu, terus kalau cerobohnya sih, pernah kerobek kertas sketsanya lalu dia juga pernah nebelin outline karakter pake drawing pen nomor 0,8 jadinya kan ketebelan banget seharusnya pake nomor 0,2 atau 0,3 yang jangan tebal, untung ada penghapusnya,” jelas Rama.
“Haha...ha,” tertawa Irwan. “Kocak banget emang dia Ram, maklumi dia ya Rama," ucap Irwan.
“Iya kok, oh ya dia curhat juga, katanya sih Irwan kenapa ya, kok main rahasian sama gue, emang ada urusan apa sih dia sama Gerry," ungkap Rama.
Pemuda jangkung itu, sangat senang ketika mendengar dari Rama, bahwa Maura merasa khawatir, pemuda jangkung itu berpikir, mungkin sebaiknya mejauh dari Maura. Siapa tahu Maura jadi merasa kesepian dan tahu bahwa Maura menyukai pemuda itu.
“Hehe," Irwan terseyum girang , "jangan bilang-bilang ke Maura sama Dian ya Ram, sebenarnya gue sama Gerry lagi bikin Project Game buat lomba, soalnya hadiahnya lumayan," jelas Irwan.
“Wow! keren Wan, emang hadiahnya apa?" tanya Rama.