Melvin Adrio Wijaya itulah nama lengkapku, tapi teman-teman biasa menyapaku dengan nama Melvin. Berbicara tentang cinta pertama, kata orang itu akan selalu membekas di ingatan. Aku setuju sekali dengan itu. Semua bermula di kala MOS (Masa Orientasi Siswa), kami menyebutnya seperti itu. Tapi saat ini lebih dikenal MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) atau MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik Baru).
Saat di parkiran sekolah, tiba-tiba terdengar suara “Ting dong ding.... Teruntuk para siswa baru yang telah hadir, di lapangan para panitia telah siap di pos gugus masing-masing. Jadi silahkan bergabung dengan gugusnya masing-masing dalam waktu 10 menit! Untuk mengetahui nama gugus beserta anggota gugusnya, dapat dilihat atau dibaca di papan pengumuman yang berada di depan kantor TU (Tata Usaha)” ternyata itu pengumuman yang terdengar sangat jelas di seluruh lingkungan SNS. SNS itu singkatan nama untuk sekolah ku SMA Nusantara Surabaya. Mendengar pengumuman itu segera aku berlari ke depan kantor TU dengan segala macam pernak pernik MOS yang sangat banyak dan heboh. Hari ini adalah hari pertama MOS di SNS. Kemarin sore, para siswa baru memang diminta hadir di sekolah untuk pra MOS. Pra MOS bertujuan untuk menjelaskan benda apa saja harus dibawa untuk hari pertama MOS, segala aturan tentang MOS mulai dari pelanggaran hingga sanksi-sanksi dari pelanggaran itu.
Sesampai di depan kantor TU, papan pengumuman penuh dengan siswa baru yang akan melihat nama gugusnya beserta anggota gugusnya. Saat itu aku bergumam dalam hati “Gimana ya caranya biar bisa liat nama gugusku kalau sebanyak ini siswa yang berebutan? Apa aku menerobos saja?” pusing aku memikirkan bagaimana biar bisa melihat papan pengumuman itu.
Semakin lama siswa yang berebutan makin banyak. Dari pada memikirkan sesuatu yang solusinya sulit untuk ditemukan, aku memutuskan untuk menerobos saja. Untunglah badan ku tidak terlalu gemuk jadi aku lumayan gesit menerobosnya sampai berada di depan papan pengumuman itu. Dengan cepat aku mencari Melvin Adrio Wijaya di kelompok 1, 2, 3,.... Lumayan sulit untuk mencari namaku di pengumuman itu karena banyak siswa yang namanya dimulai dari huruf M, ditambah lagi makin banyak siswa yang berebutan mencari namanya. ‘Melvin Adrio Wijaya’ akhirnya aku menemukannya tepat di gugus 8 dari 15 gugus yang tertera di papan pengumuman.
Aku berlari ke parkiran untuk mengambil sapu yang ku letakkan di samping motor. Aku tidak membawanya tadi saat melihat papan pengumuman agar bisa bergerak luwes. Sambil melirik jam tangan ku, “Wah gawat sisa 5 menit lagi! Bisa telat ke lapangan nih” gumamku dalam hati. Tiba-tiba seseorang mendorongku dari belakang dan membuat beberapa kelerengku terjatuh. Entah siapa orang itu aku tidak begitu peduli, yang ku pikirkan ialah bagaimana caranya memungut kelereng-kelereng ini secepat mungkin agar tidak terlambat.
“Melvin Adrio Wijaya....” tidak ada jawaban
“Melvin Adrio Wijaya...” masih tidak ada jawaban.
“Panggilan terakhir Melvin Adrio Wijaya...” teriak seorang kakak kelas.
“Aku di sini kak” jawabku dengan nafas terengah-engah.
“Hampir saja kamu terlambat” balas kakak kelas yang meneriakkan namaku.
Fiuh... syukurlah aku bisa memungut kelerengnya dengan tepat waktu. Kalau tidak, bisa-bisa aku terlambat dan dihukum kakak kelas. Aku memperhatikan semua wajah kakak kelas pendamping gugus saat mereka sibuk mengabsen. Mereka terlihat sangat judes dan killer, aku berharap semoga itu cuman tampilannya saja tapi sebenarnya sangat baik. Bagi kami siswa baru hal yang paling menakutkan ketika MOS adalah kakak kelas yang judes dan killer. Tapi menyenangkannya itu ketika ada kakak kelas yang ganteng atau cantik dan berhati malaikat.
Setelah kakak kelas selesai mengabsen setiap anggota gugus dampingannya, mereka masing-masing memperkenalkan diri beserta jurusan mereka sambil menunggu seorang teman gugusku yang terlambat. Kakak kelas pendamping gugusku ada 5 orang. Kak Bayu yang pertama mengenalkan diri. Dia itu merupakan ketua pendamping gugusku, kemudian disusul kak Sinta, Kak Candra, kak Anto dan kak Tya. Sepertinya aku dan teman gugusku begitu beruntung dapat kakak kelas pendamping yang ganteng dan cantik dibanding kelompok lain. Kak Bayu, kak Sinta, dan kak Candra dari jurusan IPA. Sedangkan dari jurusan IPS ada kak Anto dan kak Tya. Ketika kak Tya memperkenalkan dirinya tiba-tiba seseorang memotong ucapannya
“Maaf kak, saya terlambat” ucap salah satu siswa baru teman gugusku itu.
“Nama kamu sapa?” tanya kak Bayu selaku ketua pendamping gugusku.
“Chilfa Raina Abimayu biasa di panggil Raina” jawabnya. Aku memandanginya dari barisan.
Dia akan dapat hukuman gara-gara terlambat pikirku.
“Kamu kenapa terlambat?” tanya kak Tya yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah jadi judes.
“Tadi Raina pake maskaranya belepotan kak, kayak mata panda gitu. Jadinya dibersihin dulu pake eye remover. Tapi pas Raina mau pake eye remover, kapasnya abis jadinya ganti pake tisu deh. Bersiinnya jadi lama. Terus pas mau pake blush on, kuasnya hilang kak. Jadi mesti nyari dulu di kamar bunda.” Jelas Raina dengan nada manjanya.
“Kamu itu mau ke sekolah atau ke pesta sih dandan heboh gitu? Kemarin pas pra MOS kan udah dijelasin nggak boleh dandan kalau ke sekolah! Kamu kenapa masih dandan sih?” ketus kak Shinta.
“Ini hari pertama sekolah kak, jadi Raina harus kelihatan cantik masa harus jelek seperti upik abu?” jawab Raina.
Mendengar jawaban Raina yang seperti itu aku merasa Raina itu tipe cewek centil yang tebar pesona dimana-mana.
Wajar Raina seperti itu, dia memang cantik dibanding siswa baru yang lain seangkatan ku. Tapi pikirku gadis cantik itu tidak ada yang pintar mereka hanya sibuk mempercantik diri dengan skin care dan make up jadi tidak ada waktu untuk belajar. Makanya aku sama sekali tidak tertarik dengan Raina.
“Yang begini nih udah tau terlambat, salah masih aja nyolot jawabnya kecentilan lagi. Haduh.... guys ini anak bagusnya dihukum apa? Kata kak Tya dengan suara agak ditinggikan.
“Cewek cantikkan biasanya malas olahraga, sibuk dandan gitu. Gimana kalau dia dihukum lari keliling lapangan 10 putaran?” jawab kak Shinta.