Author's song request
Just One Day - BTS
“Lo gila?!” bentak Alfa setelah menarik Vega ke sebuah ruangan yang Vega ketahui adalah milik Ketua OSIS.
Vega melotot. “Lo yang gila!” balasnya penuh emosi.
“Mau lo apa, sih?” Alfa menurunkan suaranya. Ia yakin, gadis macam Vega akan semakin memberontak jika dikasari.
“Nah, gitu dong. Ngalah!” ucap Vega yang masih saja menggunakan nada tidak santai.
Alfa menggeram kesal. “Ya udah. Jadi, mau lo apa?” tanyanya dingin.
“Ish! Gue tuh cuma pengen ngasih tau kalo lo salah pake rumus, makanya dapet nilai angsa.” cerocos Vega dengan wajah yang masih sebal.
Alfa lantas menatap remeh gadis itu. “Cewek bar - bar kayak lo? Ngasih tau gue? Gak salah?”
“Seenggaknya gue gak bego kayak lo!” sergah Vega sambil pergi dari ruangan itu dengan membanting pintu.
“Argh…! Ini semua gara – gara nilai jelek itu! Bego lo, Al! Bego!” Alfa menggeram, meremas rambutnya frustasi. Ini kali pertama baginya untuk mendapatkan nilai yang sangat – sangat buruk. Biasanya, nilai sembilan puluh adalah nilai terkecilnya.
Brak…
Alfa menatap datar orang yang tiba – tiba membuka pintu dengan kasar, Vega.
“Gue numpang tidur!” ujar gadis itu yang dengan santainya langsung berbaring di sofa yang tersedia.
Tatapan sinis Alfa arahkan pada gadis gila yang hari ini benar – benar berperan dalam menghancurkan mood-nya. “Lo kira ini UKS?”
Vega mengerucutkan bibirnya sambil menggeliat untuk merenggangkan otot. “Kalo UKS kagak dikunci juga gue pasti tidur di sana! Udah, biarin aja sih gue tidur di sini. Salah lo juga bikin gue telat masuk kelas.”
Alfa lagi – lagi memilih mengalah. Ia menghempaskan kaki Vega agar bisa duduk di sofa. Sementara Vega hanya mendelik sambil mengambil posisi duduk. “Gak usah geliat – geliat gitu. Kayak cacing, Lo!”
Vega membuka mulutnya hendak mencaci pemuda sialan itu. Namun, Alfa kembali membekap mulutnya. “Gue lagi gak mood buat nyiksa orang, jadi diem! Kalo nggak diem, gue mutilasi!”
Vega merenggut lalu diam. Ia menatap Alfa yang tengah menutup matanya sambil bersandar pada sandaran sofa. “Cowok Angsa, lo gak masuk kelas?’
“Menurut lo?” sahut Alfa dengan mata yang masih tertutup.
Vega mencebikan mulutnya sambil mengangguk – angguk malas. Gadis itu memandangi benda – benda yang ada di ruangan tersebut. “Cowok Angsa lo tidur? Gue gabut.”
“Diem.”
Lagi dan lagi Vega dibuat mendengus. “Cowok Ang-.”
“Gue Alfa!”
Bibir Vega lagi – lagi mengerucut. “Kalo lo Alfa, berarti gue Beta.”
“Serah!”
Vega benar – benar sebal dengan pemuda di sampingnya itu. Hingga pada akhirnya Vega memilih untuk melakukan hal yang sama dengan Alfa, tidur.
…
Alfa terbangun saat mendengar suara bel berbunyi. Matanya melirik jam dan membulat seketika saat mendapati jam pulang sekolah. “Mampus! Gue bolos seharian!”
Pemuda itu hendak beranjak untuk pergi. Namun, sesuatu seolah menahan bahunya. Dan saat menoleh, ia tertegun mendapati Vega yang tertidur sambil menyender ke bahunya.
Tanpa disadari, senyuman teduh terbit di wajah Alfa. Gadis itu terlihat damai jika sedang tertidur, pikirnya.
Drrtt… Drrtt…
Alfa memilih membiarkan Vega menyandar di bahunya lalu mengangkat panggilan dari sang bunda.
“Pulang!”
Ah, dapat Alfa pastikan bahwa kedua orang tuanya sudah mendapat kabar dari sekolah bahwa ia membolos seharian. Sekolahnya ini memang sangat disiplin jika bersangkutan dengan kata bolos apalagi posisi Alfa adalah seorang ketua OSIS.
“Iya, Bun.”
Setelahnya, Alfa memutuskan panggilan itu. Ia melirik Vega, tak tega untuk membangunkannya.
“Nek, Ara pengen ikut Nenek dan Kakek.”
Alfa terdiam, memilih untuk sedikit mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu.
“Ara pengen jadi bintang di galaksi seperti Nenek dan Kakek.”
“Ara lelah, Ara takut, Ara pengen ikut kalian, hiks…”
Mata pemuda itu membulat saat melihat Vega menangis dalam tidurnya. Apa yang terjadi? Bantinnya. Hingga, tak lama tangis itu terhenti dan diganti dengan dengkuran halus yang membuat Alfa semakin tak tega untuk membangunkan gadis itu. Ia berpikir Vega mungkin kekurangan tidur karena memiliki masalah.
Berpikir sejenak. “Bodo, ah! Gue gendong aja! Bisa dimutilasi Bunda kalo kelamaan.”
Pada akhirnya Alfa menggendong Vega yang sama sekali tak terusik lalu membawanya ke kediaman keluarga Gamma alias keluarga Alfa.
“Bun, buka pintunya!” teriak Alfa yang kini sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Sebenarnya, ia bisa saja meminta bantuan satpam untuk membuat pintu. Hanya saja, Alfa terlalu panik karena tiba – tiba suhu tubuh gadis itu meningkat.
“Ngapain kamu teri-ASTAGA, ALFA! SIAPA INI?!” Pekik Alfia, bunda Alfa yang baru saja membukakan pintu.