Author's song request
Jàmàis Vu - BTS
Saat ini Alfa dan Vega tengah di perjalanan menuju rumah Vega. Memang, setelah makan malam bersama keluarga Gamma, Vega memutuskan untuk pulang dan Alfa memaksa untuk mengantarnya.
Kondisi mobil sangatlah hening tanpa ada yang berniat untuk membuka suara. Alfa sibuk menyetir dan Vega sibuk memandangi pemandangan jalan dari balik jendela.
“Gue ngomong apa aja selama tidur?” hingga pertanyaan itu terlontar dari mulut Vega.
Alfa menoleh sekilas lalu kembali fokus pada jalanan. “Sesuatu yang gak pantes didenger sama orang yang baru dikenal kayak gue.”
“Sorry, lupain aja semua yang gue omongin.” Ucap Vega tanpa menatap Alfa.
Alfa tersenyum, cukup banyak yang didengarnya dari gadis itu, dan semua itu adalah hal yang benar – benar baru bagi Alfa. ia pikir masalah seperti itu hanya ada di cerita novel, tapi ternyata tidak. “Gue emang gak ada niat buat inget.”
Vega terkekeh, matanya menatap Alfa sayu. “Kalo gak bantu gue hari ini, udah gue cincang! Tapi, makasih lho, Cowok Angsa.”
“Udah gue bilang, nama gue Alfa.”
“Iya, iya. Kenalin nama gue Vega.” sahut Vega jengah.
“Oh, bukannya nama lo Beta? Lo sendiri yang bilang waktu di sekolah, kan?” tanya Alfa dengan nada mengejek.
“Serah lo aja, deh!” balas Vega yang tak ingin berdebat dengan pemuda menyebalkan itu.
Satelah itu, suasana kembali hening hingga mereka sampai di depan rumah Vega. “Mau mampir?”
Alfa langsung mengangguk kala mendengar pertanyaan gadis itu. Sebenarnya, itu bukan murni kemauan Alfa, melainkan kemauan bundanya agar Alfa meminta maaf pada kedua orang tua Vega karena telah memulangkan anak gadisnya malam hari.
Vega sendiri tak menaruh rasa penasaran dengan kemauan pemuda itu. Ia hanya berpikir bahwa dirinya juga perlu membalas kebaikan Alfa dengan bersikap baik pada pemuda itu.
Langkah kedua remaja itu awalnya ringan. Hingga, mata mereka menangkap sesuatu yang seharusnya tak mereka lihat. Langkah keduanya berhenti begitu saja saat mendapati seorang wanita paruh baya tengah bermesraan dengan seorang pemuda yang berumur jauh di bawahnya.
“Al, sorry. Bisa tunggu gue di luar?” tanpa sepatah katapun yang terucap, Alfa langsung menuruti ucapan Vega.
Vega berjalan melewati dua orang itu seolah tak menganggap kehadiran mereka.
“Heh, kamu! Cepat buat minuman!” baru saja Vega berniat untuk bersikap seolah tak terjadi apa – apa. Namun, wanita paruh baya itu tiba – tiba menghentikan langkahnya.
Vega menatap tajam wanita itu. “kaki anda masih berfungsi dengan baik.” ucapnya lalu segara melenggang menuju kamarnya untuk mengganti baju dan membawa keperluan sekolahnya.
Setelah itu, Vega berjalan menuju dapur, menemui seorang wanita paruh baya yang telah mengurusnya dari kecil. “Bi, tadi siapa yang nganterin tas Vega?”
Bi Inah, wanita paruh baya itu, menoleh saat mendengar suara majikannya. “Tadi Den Arkan yang anter, Ve. Katanya kamu bolos lagi?”
Vega tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. “Iya, Bi. Maafin, gak akan Vega ulangin.”
Bi Inah menggeleng takjub. “Kamu ini, Ve. Bukannya Tuan Besar sudah memperingati kamu?”
“Biarinlah, Bi. Yang dia khawatirin cuma nama! Oh iya, Bi. Vega mau pamit nginep di rumah temen. Di sini panas, haha…”
“Yang sabar, ya, Ve.” Bi Inah menatap anak majikannya itu prihatin.
“Vega gapapa selama ada Bi Inah,” sahut santai gadis itu. “Vega pamit, ya.” Lanjutnya seraya melangkah menuju pintu belakang. Ya, Vega keluar melalui pintu belakang agar tidak melihat pemandangan yang selalu terasa asing baginya.
“Maaf lama, Al. Em… Boleh gue minta anterin ke tempat lain?” tanyanya sambil menunduk tak enak.
Alfa menatap gadis itu sejenak, berpikir tentang seberapa banyak kejutan yang dimiliki gadis itu. “Mau kemana?”
“Gudang bekas di deket sekolah.”