Author's song request
Love Maze - BTS
Pagi ini Alfa terbangun lebih awal. Pemuda itu berjalan menuju kamar mandi tanpa mengusik Vega yang masih asik bermimpi.
“Wow! Tumben lo bangun pagi, Al.” ledek Alvin saat melihat Alfa keluar dari kamarnya dengan seragam yang sudah rapi.
Alfa yang terkejut dengan kehadiran sang kakak lantas mendelik. “Balik jam berapa, Lo?”
Alvin melirik jam yang melingkar di tangannya. “Dua jam yang lalu, mungkin,” sahutnya asal.
Alfa hanya bergumam lalu kembali melangkah meninggalkan Alvin.
“Bisa gak, sih?! Sopan dikit sama abang sendiri!” Teriak Alvin yang tidak terima dengan tingkah adiknya itu.
“Faedahnya apa?” tanya Alfa yang masih saja asik melangkah.
“Faedahnya, gue gak akan aduin lo yang tidur sekasur sama Vega.” Langkah Alfa sontak terhenti. Apa Alvin melihatnya? Itulah isi kepala Alfa saat ini.
Alvin menyeringai kala melihat reaksi adiknya itu. Langkahnya dengan ringan menghampiri Alfa. “Gue liat, lho! Lo tidur sambil peluk dia.”
“Gak ganggu gue sehari aja, bisa?”
“Nggak!”
“Alvin! Mampus aja lo!”
…
Saat ini Alfa tengah menata makanan yang telah ia buat. Ya, sarapan hari ini adalah buatannya karena sang bunda yang tak di rumah dan pembantunya yang sedang pulang kampung karena anaknya sakit.
Netra pemuda itu melirik tajam kakaknya yang dengan santai mulai memakan nasi gorang buatannya. “Enak, ya? Maen makan aja! Giliran disuruh bantuin masaknya gak mau!”
“Masa gue buat masak udah lewat, Al. Kan, sekarang ada lo.” Sahut Alvin yang sedang asik menguyah.
“Heh! Terus lo pikir gue mau gitu masakin lo?! Ini juga gue masak gegara ada tamu!” sergah Alfa yang hampir saja melemparkan Sendok ke wajah Alvin. Hampir, karena sebelum Alfa melemparkan sendok, Vega datang lalu merebut sendok itu.
“Ini sendok buat makan bukan buat dilempar – lempar! Cari batu, sana!” ketusnya sambil duduk di hadapan Alvin.
Alvin mendengus. “Jadi, lo belain gue atau nyuruh si Alfa ngelempar gue pake batu?” tanyanya dengan wajah memelas.
“Udah, deh! Buruan makan nanti telat!” ujar Vega sambil merotasikan matanya malas.
“Gue hari ini kelas siang, Ve.” ucap Alvin dengan santainya.
Vega menghembuskan napas kesal, tangannya menarik Alfa yang masih berdiri dengan tatapan menantang menghiasi wajahnya. “Gue ngomong sama Alfa bukan sama lo.”
“Dih, lo kalo takut telat tinggal pergi aja. Gak ada hubungannya sama gue.” sahut Alfa tak acuh.
“Oh? Oke!” Vega segera menenteng tasnya pergi meninggalkan dua pemuda itu.
Alvin menatap heran Vega yang benar – benar melangkah pergi. “Tuh, kan, baper.” tatapannya beralih pada Alfa yang saat ini juga tengah memandang gadis itu. “Kejar, sono! Tanggung jawab.”
“Tanggung jawab apaan? Gue gak ngapa – ngapain!” ucap Alfa dengan nada tidak santai.
“Lo udah nidurin dia.” Alfa membulatkan matanya saat mendengar penuturan Alvin. “Fitnah!”
“Cowok kan, Lo? Kejar, sana! Lo yang bawa dia kesini, jadi lo yang harus tanggung jawab anterin dia!” kini ekspresi Alvin berubah serius.
Alfa menatap datar kakaknya lalu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun yang terucap.
“Heh, Beta! Kagak usah baper kek gitu!” ucapnya saat berhasil menyusul Vega yang baru saja keluar dari pekarangan rumah Alfa.
Vega berkacak pinggang sambil menatap malas Alfa. “Udah gue bilang, Vega bukan Beta!”
“Iyee, iye. Udah, ayo! Ke sekolah bareng gue.” Vega hendak membuka mulutnya. Namun, “Gak ada penolakan.” Alfa sama sekali tak ingin dibantah.
Pada akhirnya Alfa dan Vega berangkat bersama. Kali ini Alfa menggunakan motor yang justru membuat Vega tersenyum senang.
“Gue kira lo lebih suka naik mobil,’ ucap Alfa dengan fokusnya pada jalanan.
Vega menggeleng. “Siapa bilang? Gue lebih suka naik motor, kok.”
“Gue suka, tapi gue gak bisa naik motor.” lanjutnya dengan mata tertutup, menikmati terpaan angin di wajahnya.
Alfa mengernyit. “Tinggal belajar, gampang.”
Lagi – lagi Vega menggeleng. “Lo mau tau satu kejutan lagi dari gue?”
“Apa?”
“Dua tahun yang lalu gue adalah pembalap liar.”