Author's song request
21st Century Girls - BTS
Vega memasuki kantin dengan wajah muram. Ia berjalan menuju meja yang sudah diisi teman – temannya tanpa memedulikan tatapan dan bisikan setiap siswa yang ia temui.
“Ve, suntuk amat!” itulah sambutan yang Vega terima dari Satya.
Vega menatap seisi meja, menyelisik wajah baru yang ada di meja itu. “Kalian temennya Alfa, kan? Ngapain gabung kesini?” tanyanya pada Nauval dan Azka yang sedari tadi menatapnya.
“Kita lagi mencari kebenaran, Dek. Gue kasian sama Alfa, udah dimarahin abis – abisan sama bokapnya, dia juga frustasi karena lo.” sahut Nauval yang diangguki oleh Azka.
Vega menatap malas kedua pemuda itu. “Udah dapet kebenarannya?”
“Udah,” jawab Azkal santai.
Vega lantas terkekeh hampa. “Percuma, dia bahkan gak dengerin omongan gue.”
“Lagipula, ngapain dia frustasi karena gue? Siapa dia dan siapa gue?” lanjut Vega sambil menyambar minuman milik Gio. Kali ini Gio diam membiarkannya, ia tahu Vega sedang dalam kondisi tak baik.
“Ck. Diliat dari sudut pandang manapun, jelas Alfa itu suka sama lo, Ve!” decak Daffa yang kesal dengan tingkah gadis itu. Bukannya membenarkan masalah, gadis itu justru memperumit masalah, pikirnya.
Vega menatap sengit Daffa. “Sok tau banget idup, Lo! Gue sama dia itu cuma sebatas kenalan lewat yang sebentar lagi saling menjauh.”
“Guepun gak akan restuin dia sama Alfa!” timpal Arkan dengan wajah serius.
“Punya hak apa lo?” tanya Azka sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Hak kita banyak!” sahut Niko yang mulai tak suka dengan tingkah Azka dan Nauval.
“Udah. Kenapa malah berantem disini?” tiba – tiba Gio angkat suara.
Dagunya menunjuk ke sebuah meja yang diisi oleh Alfa sendirian. “Tuh, temenin. Kalo bisa sekalian jelasin ke temen kalian itu soal apa yang tadi kita bahas. Biar dia sadar, gak seharusnya dia bikin adek gue mumet!” lanjutnya sambil merangkul bahu Vega yang sedari tadi bungkam.
“Gue usahain, Bang!” ujar Azka sambil bangkit bersama Nauval.
Vega menghela napas lalu bersandar pada bahu Gio. “Capek ya, Bang. Jadi orang ternistakan mulu.” gerutu gadis itu.
“Udah, gak usah dipikirin.” Gio mengelus sayang rambut gadis itu. Tanpa sadar, seisi kantin memandangi mereka dengan berbagai tatapan.
“GIO! KAMU NGAPAIN SAMA J*LANG ITU?” teriak seorang gadis dengan dandanan yang mencerminkan image seorang tante – tante, bagi Vega.
Vega melirik malas gadis itu. Badge-nya bertuliskan Gita. “Lo kenal, Bang? Tante lo, ya?” tanyanya polos.
“HAHAHA… GUE SUKA GAYA LO, VE!” tiba – tiba tawa Satya menyembur.
Gio ikut tertawa. “Iya, Ve. Tante gue. Mau dikenalin?”
“Nggak, ah! Serem kayak macam. Nanti gue digigit.” sahut Vega yang sukses membuat seisi meja tergelak.
“Heh! Lo ngomong apa barusan? Gak tau malu banget, Bitch!” ucap seorang gadis dengan batge bertuliskan Cecillia
“Ya elah, Cel. Cewek murahan mana mungkin punya malu?” ejek Sivia, gadis terakhir.
Vega segera bangkit dari duduknya. “Aduh, Bang! Urusin deh tante lo, gue pusing ngadepinnya.” ejeknya seraya melangkah, hendak pergi. Namun, Gita menarik tangan Vega.