Author's song request
Stigma - BTS
Setelah meninggalkan kantin, pikiran Alfa benar – benar kacau. Memikirkan ucapan Nauval tentang kebenaran di balik video Arkan dan Vega, ditambah dengan kekhawatirannya pada gadis yang nyatanya tak butuh untuk dikhawatirkan itu.
Tanpa sadar kaki permuda itu melangkah menuju ke area toilet tempat Vega berada. Langkahnya terhenti saat melihat gadis yang mengganggu pikirannya itu tengah berjalan bersama kedua temannya. Alfa tertegun menatap Vega yang terlihat menggemaskan dengan balutan sweater kebesaran yang ia yakini milik Gio.
Kakinya seolah dipaku oleh pesona seorang Vega. Mata pemuda itu terus memperhatikan Vega hingga punggung mungil si gadis hilang ditelan jarak.
“AH… SI*LAN TUH ANAK BARU!” kini terdengar suara lain dari arah yang berlawanan dengan Vega. Alfa tak terlalu peduli saat yang ia lihat adalah Cecillia bersama dengan keempat antek – anteknya. Ya, secara lengkap mereka berjumlah lima orang. Yang menyerang Vega tadi adalah Cecillia, Sivia, dan Gita. Sementara yang dua lagi bernama Lita dan Oliv.
Alfa hendak melangkah pergi. Namun, langkah itu kembali terpaku saat mendengar ucapan Cecillia.
“Kayaknya kita harus rekan video baru. Sama siapa, ya?” ucap Cecillia dengan seringaiannya.
“Gak boleh Gilang, pokoknya!” seru Lita memperingati.
Oliv tertawa ringan menanggapi tingkah Lita. “Yaelah, Lit! Segitunya sama Gilang? Gue aja Arkan yang kena gak masalah, tuh!”
“Lagian, kita gak bisa tentuin sama siapanya karena itu bukan kita yang ngatur. Kita cuma nunggu posisi Vega yang lagi berdua sama salah satu troublemaker.” lanjutnya.
Sivia mengangguk. “Kemarin aja kebetulan yang lainnya udah masuk tuh gudang sementara Arkan sama Vega masuk belakangan.”
Alfa mengepalkan tangannya. Jadi, ucapan Nauval mengenai Vega yang tidak hanya berdua bersama Arkan di gudang itu benar? Dan ini adalah rencana yang sudah disusun kelima gadis itu? Itulah hal yang saat ini ada di kepala Alfa.
“Kurang ajar!” umpat Alfa lalu segera berlari menuju kelas Vega.
Dapat Alfa lihat, Vega tengah sibuk menelungkupkan kepalanya di atas meja. “Vega!” panggilnya yang dengan berani masuk ke dalam kelas itu.
Arkan dan Niko yang lebih dulu menyadari kehadiran pemuda itu dengan cepat langsung menghadangnya.
“Mau apa. Lo?” tanya Arkan dengan nada tak suka.