Author's song request
What Do You Think? - Agust D
Pulang sekolah, Vega tengah berjalan beriringan dengan Arkan, Niko, Qilla, dan Shilla menuju parkiran. Sesuai janjinya, Vega akan pulang bersama Gio hari ini. Dan sudah dipastikan Vega akan menginap di rumah pemuda yang sudah menunggunya di parkiran itu karena Vega masih enggan untuk menginjakan kaki di rumah kedua orang tuanya.
Dapat Vega lihat Gio sedang terduduk di atas kap mobil miliknya sendiri. Pemuda itu melambaikan tangannya dengan senyuman yang mengembang.
“Kita duluan ya, Ve.” pamit Qilla dan Shilla sebelum berbelok meuju gerbang sekolah.
Vega mengagguk. “Hati – hati!” ujarnya.
“Sorry lama, Bang! Nih, duo curut lama ngerjain tugasnya!” ucap Vega sambil menatap sebal Arkan dan Niko yang hanya tersenyum lebar bak orang bodoh.
Gio yang kini sudah berdiri di hadapan Vega sontak terkekeh. “Lo pada ganggu adek gue mulu!” tukasnya.
“Ngadu aja terus!” cibir Arkan dan Niko yang langsung memasuki mobil masing – masing.
“Dasar adek kelas kurang ajar.” ucap Gio sambil menatap mobil Arkan dan Niko yang melaju begitu cepatnya.
Vega tertawa melihatnya. “Sabar ya, Bang. Berdoa aja semoga mobilnya pada mogok.”
“Pinter lo!” ujar Gio dengan antusias.
“Gio!”
Panggil Nauval yang datang bersama Azka. Vega menatap dua orang itu malas. “Gue tunggu di mobil aja.” ucapnya seraya memasuki mobil Gio.
Dapat dilihatnya dari jendela mobil, Nauval membisikan sesuatu yang membuat Gio menyeringai. Tak lama, pemuda itu sudah terduduk di samping Vega.
“Ngapain senyum – semyum kayak psikopat gitu, Bang? Lo gak ada niatan tawuran di belakang gue, kan?” curiga Vega dengan tatapan tajam.
Gio menggeleng. “Nggak, Ve. Lo liat aja nanti.” ujarnya misterius.
Vega hanya mendengus lalu menatap ke jalanan dari balik jendela mobil.
…
Sesampainya di rumah Gio, Vega langsung masuk begitu saja karena itu sudah menjadi kebiasaannya. Gadis itu bahkan langsung masuk ke dalam kamar Gio tanpa menunggu pemiliknya.
Gio hanya terkekeh melihat tingkah Vega. Ia jelas tak masalah dengan tingkah gadis itu karena memang ia yang menyuruhnya.
“Bang!” Panggil Azka yang kini sudah berdiri di belakang Gio bersama Nauval.
Gio menoleh lalu tersenyum penuh arti. “Ayo masuk!” ujarnya seraya memasuki rumahnya terlebih dahulu.
Nauval mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah Gio yang sepi. Ya, Gio memang tinggal sendiri karena orang tuanya memilih tinggal di luar negeri untuk mengurus perusahaan keluarga. “Seperti biasa, sepi.” gumamnya yang jelas terdengar oleh Gio.
Gio terkekeh. “Emang kapan rumah gue rame? Yang huni aja cuma gue sama pembantu.”
“Lo lirik rumah sebelah. Kita senasib, Bro. Nyatanya bisnis lebih penting dari anak.” tawa Nauval pecah. Ia menunjuk rumahnya yang berada tepat di sebelah rumah Gio.
“Ya, mau gimana lagi, Bang. Mereka kerja juga buat kita.” ucapan Azka diangguki oleh kedua pemuda itu dan setelahnya hening. Tak lama hingga Nauval kembali membuka suaranya.
“Vega mana?” tanya Nauval saat mereka berjalan menuju kamar Gio.
“Udah di kamar.” sahut Gio santai.
“Bang Gio lama banget, padahal jarak dari bawah ke sini gak sejauh jarak Bumi sama Bulan.” cibir Vega saat mendengar pintu yang dibuka. Mata gadis itu masih terfokus pada game di layar ponselnya sehingga tak menyadari kehadiran Nauval dan Azka.
Gio terkekeh menatap gadis yang tengah terlentang di atas kasurnya itu. “Sorry, ada temen gue, Dek.”
“Hah? Siapa? Bang Gilang? Arkan? Niko? Satya? Daffa? Kok gak rusuh?” tanya Vega dengan mata yang masih saja menatap layar ponsel.
“Gue.” Seketika Vega mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara yang sama sekali tak ia kenal. Mata gadis itu membola saat melihat Azka dan Nauval dibelakang Gio.
“Kok ada mereka, sih?” tanya Vega sambil melempar asal ponselnya. Gadis itu langsung menarik selimut Gio hingga menutupi kepala, ia merajuk.
Gio terkekeh lalu melompat ke arah Vega sehingga gadis itu memekik. “BANG GIO, BERAT!”
Kekehan Gio berubah jadi tawa. Pemuda itu menyingkap selimut yang menutupi Vega lalu menyeringai saat tangan jahilnya berhasil menggelitiki gadis itu.
“HUAHAHA… GELI!”
Azka dan Nauval saling bertatapan, merasa jadi obat nyamuk.