Author's song request
For You - BTS
“Aish! Maen tinggal aja!” gerutu Vega sambil beranjak dari posisinya, hendak menyusul Gio dan Nauval.
Namun, Azka mencekal lengan gadis itu. “Di sini aja, Ve. Sama gue.” ucapnya dengan nada yang terdengar menyeramkan bagi Vega. Bahkan, bulu kuduk gadis itu ikut meremang.
“Suara lo kenapa, sih? Merinding gue dengernya!” ucap Vega sambil menarik lengannya dari cekalan Azka.
Azka terlihat menyeringai. “Menurut lo, kalo cewek sama cowok ada di dalam kamar berdua, apa yang bakal terjadi?”
“Ck. Gak usah macem – macem! Gue tendang masa depan lo!”
Azka sontak terkekeh, ekspresi wajahnya telah kembali menjadi Azka yang asli. Ternyata menjahili gadis itu menyenangkan, pikirnya. Ia lantas menarik tubuh Vega untuk kembali terlentang di atas kasur lalu menindih tubuh gadis itu.
Vega cukup tersentak saat itu hingga Azka membisikan sesuatu yang membuat seringaian terukir cantik di wajahnya. Jika dilihat sekilas, Azka seperti mencium leher gadis itu padahal Azka hanya terkekeh geli setelah membisikan sesuatu yang lucu di telinga Vega. Sementara Vega perlahan tertawa dengan tangan yang melingkar di pinggang Azka, matanya sampai tertutup sangking lebarnya bibir mungil itu terbuka.
Setelah tawanya reda, Azka mengangkat kepalanya, memandang wajah Vega yang memerah akibat tertawa.
“Kenapa lo gak bilang?” tanya Vega dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
Azka kembali terkekeh. “Suka aja liat lo kaget.”
Bibir Vega secara otomatis mengerucut. “Ha… Gue maafin karena kita lagi main.”
“Lo tau? Gue jago dalam berpura – pura.” lanjutnya sambil mempererat pelukan di pinggang Azka. Gadis itu memberi kode pada Azka untuk mendekatkan kepalanya, membisikan sesuatu yang sedikit membuat Azka terperangah.
“Lakuin aja! Karena kita lagi main.”
Alis Azka terangkat sebelah, tapi detik berikutnya ia mulai menghujani seluruh wajah Vega dengan ciuman. Gadis itu terlihat tertawa geli, ia memang sudah terbiasa diperlakukan seperti itu oleh keenam sahabatnya. Mereka akan melakukan itu jika sedang gemas dan itu cukup menghibur bagi Vega. Ya, ia sudah terbiasa. Namun, ada yang tak biasa ia lakukan. Saat Azka mulai membuka kancing seragamnya. Ia merasa darahnya mulai berdesir hingga sebuah teriakan menghentikan tangan itu di kancing keempat.
Azka menghela napas lega. Wajahnya sudah sedikit memanas saat melihat bagian tubuh Vega walaupun hanya sedikit. Untung saja Gio dan Nauval sudah melaksanakan aksinya. Ia benar – benar tak bisa membayangkan jika dirinya harus membuka seluruh kancing seragam itu.
“muka lo merah!” tawa Vega seketika pecah saat melihat wajah Azka setelah mengancingkan kembali seragamnya.
Azka yang tersentak sontak menutup kedua pipinya.